ONCE UPON A TIME WITH "SENYUM NOLINA"
CATATAN RINGAN DARI KEGIATAN BEDAH BUKU
CATATAN RINGAN DARI KEGIATAN BEDAH BUKU
Oleh: DEDI SAEFUL ANWAR
dc
....Hidup
bukan untuk
ditangisi,
tetapi dijalani dengan
senyum terurai...
- DS Anwar
cd
Sabtu pagi (31/10), sebuah gedung sekolah yang letaknya
sekitar tujuh kilometer dari pusat pemerintahan tepatnya di jalan Peusar, Desa
Rahong Kec. Cilaku Kabupaten Cianjur, sudah padat dengan para siswa dan guru serta
tamu undangan. Semua tampak antusias dengan atas sebuah gelaran acara sangat
langka dan baru pertama kalinya diadakan di sekolah tersebut.
Setelah melalui jalan berbatu dan penuh lubang serta genangan
air---karena sehari sebelumnya hujan yang lama dirindukan tiba-tiba hadir
dengan derasnya mengguyur Cianjur---akhirnya kami tiba di lokasi tempat
berlangsungnya Acara Bedah Buku “Senyum Nolina”.
Disambut dengan lantunan shalawat dari grup marawis IDSENSA
(Ikatan Dakwah dan Seni MTs. Al Mizan) yang merupakan salah satu kegiatan
ekskul sekolah tersebut, suasana terasa hangat dan menimbulkan semangat bagi
para pengisi dan peserta acara.
Rangkaian acara pun berlanjut satu persatu. Mulai dari
pembukaan, doa dan shalawat yang dipimpin oleh Ustaz Muhidin, lantunan ayat
suci Al Quran (Sukron, 9-A) dan saritilawah (Neng Yuyun, 9-A), serta beberapa
sambutan.
Dalam menyampaikan sambutannya Ketua Komite, Bapak Nurdin Iraz mengatakan bahwa kegiatan ini
sangat positif bagi perkembangan sekolah dan tentunya menambah wawasan
khususnya dalam dunia kepenulisan bagi kalangan pelajar serta para pendidik
dalam hal ini para guru. Beliau juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada
penyelenggara yang telah mengadakan sebuah acara yang sifatnya membangun dan
memotivasi.
Sambutan selanjutnya dari Kepala Madrasah, Bapak Cucu Supyana,
S.Pd.I, sekaligus mewakili Yayasan. Beliau menukil sebuah ayat dalam kitab suci
Al-Quran. Surat Ibrahim-Ayat 1, yang artinya: Alif, laam raa.
(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia
dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka,
(yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. (QS: 14: 1).
Beliau juga mengatakan bahwa kegiatan Bedah Buku yang
berlangsung pada bulan Muharram ini diharapkan menjadi tonggak Hijrahnya
Madrasah yang dipimpinnya menjadi sebuah madrasah yang semakin aktif dan giat
dalam mengembangkan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Beliau
berharap juga semoga di madrasahnya kelak bisa diadakan kegiatan literasi yang
mampu mewadahi minat dan bakat para peserta didiknya dalam mengembangkan dunia
tulis-menulis. Baik berbentuk ekstakurikuler maupun dalam bentuk lainnya.
Sementara itu sambutan dari Dewan Guru yang diwakili oleh
Bapak Asep Taman, S.Pd. Beliau berkali-kali mengucapkan beribu terima kasih
atas terselenggaranya kegiatan positif yang sifatnya membangun dan mengajak
para peserta didik ke dalam dunia literasi.
Sebelum memasuki acara pokok, penampilan grup marawis IDSENSA
kembali menghangatkan suasana dengan beberapa lantunan shalawat. Setelah itu barulah pembawa acara Meli Siti Homsah
(9-B) dan Yeni Maspupah (9-A) menyerahkan acara dengan sepenuhnya kepada
Moderator (De Minnie).
Penampilan gadis berhijab yang saat ini menjabat sebagai
Bendahara FAM Wilayah Jabar, Santi Sumiati (De Minnie) didaulat menjadi
Moderator. Dengan gaya khasnya yang energik dan ramah, Gadis mungil dan masih
singel ini berhasil menambah semangat para peserta dan tamu undangan.
Sang Moderator berhasil menenangkan peserta yang sebagian
besar adalah peserta didik (siswa) dan berjumlah tidak kurang dari 200 orang.
Mereka mulai resah dalam suhu ruangan yang mulai gerah dan panas. Namun berkat
kepiawannya merangkai kata menjadi kalimat-kalimat indah dan puitis. Gadis
dengan balutan gaun panjang syar’i ini berhasil memancing senyum dan tawa para
hadirin dengan celetukan khasnya yang renyah dan lembut.
“Bagi yang menjawab
salam dengan ikhlas semoga masuk surga---amin. Dan bagi yang menjawab salam
namun tidak ikhlas mudah-mudahan masuk angin,” demikian salah satu
celetukannya yang berhasil membuat ruangan menjadi riuh dan serta merta para
peserta menjawab salam dengan kompak.
Setelah beberapa menit sang moderator menyampaikan pembukaan
dan berkomunikasi dengan lancar di hadapan semua peserta, kemudian Moderator
meminta beberapa siswa yang telah memiliki dan membaca buku tesebut untuk maju
ke podium dan menyampaikan kesan-kesannya.
Risma Siti Patonah
(9-A) mengatakan bahwa dia sangat terkesan dengan cerpen “Piagam untuk Emak”. Menurutnya cerpen
tersebut sangat memotivasi dirinya dalam meraih prestasi. Sementara Aviyah yang
sudah membaca beberapa judul mengatakan bahwa cerpen-cerpen di dalam Kumcer
“Senyum Nolina” sangat menarik. Membuatnya terharu dengan perjuangan para
tokohnya dan sangat menginspirasi.
Setelah memberikan kesempatan kepada dua pembaca buku
tersbut, Sang Moderator lalu memberikan kesempatan kepada Penulis Buku Kumcer Senyum Nolina” untuk memaparkan Proses
Kreatifnya dari awal penyusunan naskah hingga buku tersebut terbit. Di
tengah-tengah pemaparannya dia meminta seorang siswa (Ilma Faridah, Kelas 8-B) untuk membacakan sebuah puisi berjudul “Langkah” karya Iyan Sopian.
Penulis mengatakan bahwa selama proses menulis, editing,
pengambilan dan penentuan judul buku, hingga terbitnya buku tersebut semua
mengalir begitu saja seperti dalam salah satu larik puisi di atas,
.......air mengalir ke ujung entah ....
Namun dalam proses lahirnya buku terbut bukan tanpa hambatan.
Justru karena mengalir begitu saja, akhirnya semua hambatan yang datang dengan bertubi-tubi
justru mampu dilalui dan sepertinya tokoh Nolina
itu berhasil memaknai semua perjalanan dan proses tersebut. Maka diambillah
judul “Senyum Nolina”.
Di tengah-tengah pemaparannya, sang penulis kembali memberi
kesempatan kepada seorang siswa (Siti
Patimah, Kelas 8-A) untuk membacakan sebuah puisi berjudul “Kita akan Sampai pada Langit” karya Moh.
Wan Anwar.
Penulis berharap semoga semua peserta buku ini mampu meraih
segala cita dan harapan seperti larik-larik enerjik dalam puisi tersebut yang
mengajak para pendengarnya memanfaatkan waktu yang dimiliki dengan maksimal. Seperti
dalam sebuah baitnya,
.............
kita akan selalu menuju waktu
walau segala gegas dilambatkan
kita akan menghitung setiap kelokan
menanam benih-benih keabadian
dan sibuk mencari satu pegangan
.....
Sebelum dilanjutkan
kepada sesi tanya jawab, peserta dalam ruangan mendapat sajian indah berupa
lantunan merdu dari dua peserta didik---Tuti
Siti Fadilah (8-B) dan Santi Yunita (8-B)--- yang menembangkan Tembang Sunda
“Tauco Cianjur”.
***
“Mengapa Bapak mau jadi penulis dan bagaimana awal mulanya
hinga menjadi penulis seperti sekarang ini?” demikian sebuah pertanyan yang
membuat Penulis membuka memorinya.
Penulis menjawab bahwa dia tidak pernah bercita-cita ingin
menjadi penulis. Bahkan ketika masa kecilnya, dia malah memiliki tiga cita-cita.
Selain ingin menjadi dokter dan ingin menjadi TNI AL, yang unik adalah dia ingin
menjadi penjual koran. Profesi penulis belum dia kenal sama sekali. Tetapi dari
dulu dia suka membaca. Mulai dari potongan kertas koran bekas pembungkus
terasi, buku-buku di perpustakaan sekolah dan perpustakan umum hingga buku-buku
cerita anak karangan HC. Andersen yang paling digemarinya.” Hingga beranjak
dewasa pun---lanjutnya lagi--- kebiasaan membacanya tidak hilang. Pernah dia
hanya memiliki uang lima ribu rupiah dalam saku. Ketika lapar dia bukannya
membeli nasi, malah membeli 3 eksemplar koran, yang pada saat itu harganya
berkisah Rp1.500,-an, lalu dia lahap membaca koran tersebut dan tidak
memerdulikan perutnya yang melilit.
“Apakah selama Bapak menulis kisah-kisah dalam buku tersebut
pernah meneteskan air mata?” Bapak Ketua Komite Madrasah antusias memberikan
pertanyaan tersebut.
Penulis tiba-tiba menarik napas panjang, lalu matanya
menerawang sejenak. Dan meluncurlah jawaban atas pertanyaan tersebut yang
menyatakan bahwa dia pernah meneteskan air matanya saat menulis beberapa kisah
dalam buku tersebut. Seperti dalam cerpen “Donat
Kentang”, saat adegan seorang anak yang berhasil meyakinkan ibunya ketika
harus mengambil sebuah keputusan berat, namun anaknya begitu tegar dan yakin
bahwa semua itu atas kehendak Allah SWT. Kemudian dalam “Impian Azizah” saat seorang perempuan yang menjadi tenaga kerja di
Timur Tengah. Tapi, ketika tiba kepulangannya ke tanah air, bukan disambut oleh
mekar dan harumnya bunga melati atau mawar di pekarangan, namun oleh aroma yang
menusuk hidung dari potongan daun pandan yang melingkari jasad putranya yang
masih balita.
Dalam sesi tanya jawab ini moderator pun memberikan beberapa
pertanyaan yang berhubungan dengan profil penulis mulai dari tanggal lahir dan
beberapa hal yang berhubungan dengan isi dalam buku Senyum Nolina. Semua penanya dan yang menjawab pertanyaan dari
moderator dan penulis mendapatkan kenang-keangan berupa pin dan buku.
Sebelum kegiatan berakhir Penulis menyerahkan sebuah
kenang-kenangan berupa Buku “Senyum Nolina” kepada Kepala Madrasah. Kegiatan
pun berakhir pada pukul 13.30 WIB dengan
ditutup doa yang dipimpin oleh ustaz Wandi Setiabudi, S.Pd.I. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar