ANTARA KESIBUKAN DAN MINDSET
Oleh: Dedi Saeful
Anwar
Minggu ini ada
beberapa yang hal harus dikerjakan. Selain kegiatan rutin mengajar di dua
sekolah (MTS dan SD), kegiatan temporal dan kegiatan menulis ---sebetulnya
masih malas-malasan alias belum menjadi pilhan utama selain kegiatan mengajar--
yang membutuhkan konsentrasi.
Bagiku menulis
sebenarnya menjadi satu kegiatan yang memiliki passion tesendiri, namun begitu
sulit membagi waktunya. Bila pulang tugas mengajar sore hari, tentu menguras
energi baik tenaga maupun pikiran. Bila saat tugas di sekolah lancar mungkin
saat datang ke rumah tidak terlalu menguras energi. Lain soal bila di sekolah
menemukan beberapa hal atau masalah. Semisal siswa berkali-kali tidak mengerjakan
PR atau tugas. Siswa bermasalah dengan siswa lain atau dengan orang tuanya
sehingga sekolah (guru) harus turun tangan. Tentu hal ini akan menambah beban
jika tidak pandai mengatur emosi dan menjaga kondisi. Salah menempatkan
bisa-bisa masalah di sekolah terbawa ke rumah.
Sesampainya di
rumah, tentu pekerjaan lain pun sudah menunggu. Anak ada PR. Menjaga kondisi
rumah dengan istri agar tidak berantakan karena kami belum mempunyai pembantu/asisten
RT. Sementara anak-anak belum paham atau disiplin dalam kebersihan dan kerapian
rumah. Salah-salah hal kecil pun bisa menimbulkan konflik baik dengan istri
maupun anak.
Belum lagi
jika ada anak yang sakit atau selalu melanggar aturan keluarga. Hal-hal itu
tentu akan mengurangi mood untuk
menulis. Ketika anak-anak sudah tidur seringkali ada niat untuk menyalakan
komputer/PC lalu menulis ide yang ditangkap dari pagi hiongga siang/sore hari.
Hal itu tidak serta-merta lancar dan mudah untuk dituangkan. Selain ide tersebut
keburu hilang dan menguap, terkadang rasa kantuk yang berat menyerang mata karena
kelelahan. Tak jarang malah tidur karena memang mata sulit dibuka.
Kembali pada
soal kegiatan. Dengan banyaknya kegiatan tentu akan menguras daya pikir dan
konsentrasi. Nah, dalam minggu ini tiga hari berturut-turut melakukan pekerjaan
dengan hasil yang dirasakan kurang maksimal yang diakibatkan telat tidur. Mata
bisa terpejam lewat jam dua dini hari. Sementara esok hari sebelum jam 7 harus
sudah memulai lagi aktivitas hingga menjelang senja pulang. Bahkan dua hari
tesebut sejak pagi harinya sudah melakukan kesalahan dan kekeliruan.
Beruntuk pada
hari ke-empat ada jeda libur Peringatan Hari Santri Nasional yang jatuh pada
tanggal 22 Oktober. Namun walau ada kesempatan untuk istirahat (colongan) tetap
saja ada kegiatan yang harus diselesaikan. Dengan demikian istirahat untuk
memulihkan kondisi badan yang kelelahan urung dilaksanakan. Malamnya pun tidur
kembali telat.
Tetapi aneh
bin heran. Di hari ke-lima akivitas mengajar malah dirasakan nyaman dan enjoy.
Walau pun badan masih tetap dirasakan kurang fit dan mata masih diarasakan
sepet karena kurang tidur berhari-hari.
Saat mengajar di
kelas 4—kebetulan hari Jumat saya mendaat jadwal mengajar Bahasa Inggris di
sekolah dasar. Setelah menyapa dengan sapaan “Good morning, students” seperti biasa murid-murid menyapa antusis
dengan jawaban “Good morming, Mr.”
Lalu
kulanjutkan dengan How are you today?” mereka apun mejawab’ “I’m fine thank you. And you?”
“I’m verry well. Thank you.” Jawabku.
Setelah berdoa
dan mengabsen aku berinisiatif mengajak peserta didik untuk bernyanyi lagu yang
seminggu sebelumnya disampaikan “Are you
sleeping?”. Walau ada beberapa peserta didik yang tidak disiplin dan tidak
memerhatikan namun tidak mengganggu sebagian besar speserta didik yang duduk
rapi di bangkunya masing-masing.
Hampir semua
semangat dengan suara lantang mereka bernyanyi. Akhirnya yang tidak duduk rapi
itu mengikuti kegiatan teman-temannya yang menyanyi kompak.
Setelah
diraskan cukup menghangatkan susana, kau belum menyuruh peserta didik
mengeluarkan alat tulis. Tiba-tiba saja energi pun muncul dengan meluap-luap.
Aku lupa dengan mata yang perih dan tenggorokan agak gatal dan kering--- sepertinya
pilek gegara angin malam mulai menyerang.
Aku mengajak
peserta didik untuk melakukan gerakan tepuk tangan. Saat aku mengatakan “tepuk
sekali” peserta didik bertepuk tangan sekali. Berturut-turu kuperintahkan,
hingga kuucapkan kalimat “tepuk lima kali”. Anak-anak pun bertepuk lima kali
tepukan.
Setelah itu,
kegiatan belum selesai. Aku perintahkan mereka berhadapan dengan teman sebangkunya
masing-masing. Lalu menepukkan tangannya sendiri setelah itu menepukkan ke telapak
tangan teman yang berada dihadapannya (temen sebangku) kalau menepukkan tangan
sediri sekali, lalu menepukkan ke telapak tangan temannya pun sekali saja.
Begitu terus hingga tepuk tangannya lima kali. Kegiatan itu dilakukan 2 kali
berturu-turut.
Dan setelah dirasa semua anak antusias dan daya
konsentrasinya terpancing, artinya tidak ada yang ke luar bangku, tidak ada
yang jail pada temen di belakang, di hadapan dan di samping, barulah aku
menyuruh mereka mengeluarkan buku catatan.
Kegiatan 2x35
menit pun berjalan sukses tanpa hambatan. Semua siswa antusias hingga
pembelajaran ditutup dengan bernyanyi dan bertepuk tangan kembali.
Dengan demikian,
selelah dan sepenat apapun dirasakan oleh tubuh dan pikikiran kita, jika pola
pikir kita positif dan enjoy, insyaAllah segalanya akan mudah dan lancar. Dan
tentu saja ada nilai plus yang tidak bisa ditukar dengan hal apa pun, yaitu
keikhlasan dan selalu bersyukur.
Wallahua’lam bishawab.
Cianjur, 23 Oktober 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar