METAMORFOSA SEORANG GADIS DESA
Oleh: Dedi Saeful Anwar
Judul : Lukisan
Cahaya di Batas Kota Galuh (LCBKG)
Kategori :
Novel
Penulis :
Aliya Nurlela
Penerbit :
FAM Publishing
ISBN :
978-602-7956-53-7
Tahun Terbit :
Cetakan Pertama, Maret
2014
Tebal
: 505 halaman; 13x21 cm
Sebuah novel
merupakan suatu bentuk karya sastra yang menjadi salah satu buruan, baik itu oleh
para penikmat sastra maupun pencinta buku. Tidak sedikit novel terbitan dari
dalam maupun dari luar negeri yang mampu menciptakan fanatisme penggemarnya. Bahkan
mampu memengaruhi serta mewarnai kehidupan di lingkungan atau masyarakat luas.
Sebut saja novel
dari luar negeri, seperti novel “Harry
Potter”, karya JK. Rowling. Atau novel dari dalam negeri yang tak kalah
membuat ramai dunia sastra seperti “Laskar
Pelangi” karya Andrea Hirata. Kedua novel tersebut hanya sedikit contoh
dari sekian banyak karya sastra yang memiliki karakter kuat dan sangat digilai oleh para penggemarnya. Hingga
keduanya kemudian diangkat menjadi film layar lebar yang meraup kesuksesan dan
keuntungan yang luar biasa.
Maka tak
heran, kini banyak penulis karya sastra yang berusaha terus menghadirkan
suguhan berupa karya menarik dan tentu saja menginspirasi banyak orang.
Demikian pula
dengan buku ini. Novel “Lukisan Cahaya di Batas Kota Galuh”,
yang selanjutkan disingkat “LCBKG”. Novel yang kental sekali dengan latar
belakang salah satu kota di Tatar Parahyangan, Ciamis. Ini merupakan sebuah
novel yang mampu menghadirkan sesuatu yang menarik untuk disimak oleh para
pembacanya. Sebuah novel yang patut mendapat apresiasi dari semua kalangan
pencinta buku, khususnya penikmat karya sastra yang apik.
***
Tersebutlah
Amila. Seorang gadis belia yang memiliki sifat-sifat lemah. Rapuh, cengeng,
penakut, dan minder bahkan cenderung manja. Sebuah gambaran umum yang menjadi
ciri seorang wanita. Namun perjalanan hidup yang tidak singkat telah mengubah
berbagai karakter/sifat yang berindikasi lemah dan tak berdaya itu menjadi
sebuah karakter kuat serta penuh pecaya diri.
Bagi seorang
gadis desa perjalan hidup tak ubahnya ibarat sebuah kepompong. Hidup yang penuh
liku dan tantangan menjadikan Amila---seorang gadis desa yang sangat lugu---
berubah menjadikan sesosok wanita yang taat beragama dan penuh prestasi serta
mengagumkan banyak orang.
Terlahir
dari keluarga pendidik, Amila kecil bisa dikatakan sangat beruntung di banding
dengan anak-anak seusianya kala itu. Walau hidup di sebuah pedalaman kampung
Cilimus, Desa Indragiri, Ciamis, namun dia tidak kekurangan sumber bacaan yang dijadikannya
sebagai teman sehari-hari.
Pertemanannya
dengan berbagai buku dan sumber bacaan, membuat gadis berambut panjang tersebut
memiliki hobi menulis. Segala apa yang dirasakan dan dipikirkannya akan dia
tulis dalam buku hariannya. Dia mulai menyukai tempat-tempat yang mendatangkan
inpirasinya. Dialah alam yang berada di sekeliling kampung di mana ia tinggal.
Ia
menjadikan air, udara, pepohonan dan lingkungan sekitarnya sebagai teman setianya
di kala bermain. Suasana desa yang damai menjadi tempat untuk mencurahkan
segala apa yang ada dalam pikirannya.
Masa
kecil hingga masa remajanya menjadikan Amila sebagai sosok perempuan yang
selalu bersyukur. Hingga dia memutuskan untuk berhijab ketika bersekolah di
sebuah SMA. Masa di mana para gadis ingin menunjukkan jadi dirinya, sedangkan
Amila justru malah meninggalkan masa yang menyenangkan itu. Dia tumbuh menjadi
gadis yang berhijab. Hingga perubahan demi perubahan dalam hidupnya terus
berlanjut.
Lika-liku
perjalanan hidupnya yang penuh kejutan dan tak bisa diduga, semenjak ia masuk
sekolah di usia yang belum genap berusia lima tahun hingga menyelesaikan
studinya di bangku kuliah, hingga petualangannya mengejar karir dalam
berkesenian, dan penculikan serta penyekapan oleh orang-orang yang ingin memanfaatkan
situasi, telah menjadikan Amila sebagai seorang gadis yang berubah drastis dan
realistis dalam menyikapi hidup.
Dia
yakin bahwa Allah SWT sudah menyiapkan skenario terbaik bagi jalan hidup hamba-Nya.
Karakter kuat ini terlihat nyata saat dia mendapat perlakuan keji dari seorang
pemuda kampung yang memiliki dendam setelah cintanya ditolak Amila. Gadis
penurut itu tak mau menceritakan penderitaannya kepada siapapun termasuk orang
tuanya sendiri. Hingga sebuah doanya membuat pemuda itu berubah pikiran 180
derajat dengan meminta maaf atas perlakuannya yang jahat kepada Amila.
Kemudian
sikap berserah diri Amila pada Sang Mahapengatur, manakala ia harus memilih
pendamping hidup bersama pemuda yang sebelumnya tidak dia kenal ataupun ia cintai.
***
Novel
yang berhasil mengaduk-aduk perasaan pembacanya ini, mengisahkan berbagai sisi
kehidupan seorang wanita. Seorang yang mencari kehormatan sebagai seorang
wanita seutuhnya. Dibalut dengan setting
tatar Sunda yang kental, Sang penulis---Aliya Nurlela, berhasil menyuguhkan
karya sastra yang santun dan apik. Melalui deskripsi yang manis dan lugas, hal
ini semakin menguatkan pencitraan dan karakter yang kuat dalam buku ini.
Sebuah
buku yang patut mendapat apresiasi dari kalangan pencinta sastra di negeri ini.
Buku yang sarat pesan moral ini, sangat inspiratif dan tentu saja cocok untuk
dibaca semua kalangan, terutama para pelajar, guru, dan khalayak umum lainnya. Setiap
buku tentu memiliki ciri khas tersendiri. Mulai dari latar belakang penulisnya,
selama proses kreatif hingga berujung pada lahirnya karya itu sendiri. Termasuk
karya tulis sastra yang berjenis novel ini.
Lukisan
Cahaya di Batas Kota Galuh adalah satu di antara buku yang memiliki kekhasan
tersendiri itu. Sangat recomended
untuk pencinta sastra! []
Cianjur, 13 Oktober
2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar