GAWAI DAN PENGARUHNYA DALAM DUNIA PENDIDIKAN
DI ERA MILENIAL
Oleh: DS. Anwar
Dunia pendidikan akan selalu menjadi sorotan yang menarik untuk dikuliti, karena pendidikan tidak akan lepas dari kehidupan ini selama hayat dikandung badan. Pendidikan menjadi salah satu dari sekian banyak hal penting lainnya dalam kehidupan manusia. Di manapun dan kapanpun manusia tidak akan lepas dari pendidikan, baik langsung maupun tidak. Secara harfiah pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.
Dalam Al Qur’an, Surat Al-‘Alaq (QS.96) ayat 1-5 merupakan wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW menjadi landasan bahwa manusia dituntut untuk senantiasa membaca dan belajar. Kita tidak hanya dituntut untuk bisa membaca ayat-ayat qauliyah (ayat-ayat yang tertulis dan difirmankan Allah SWT), namun perlu berpikir luas dan membaca ayat-ayat kauniyah (alam semesta dengan segala peristiwanya). Hal ini sangat dibutuhkan dalam ranah pendidikan.
Kemudian bagaimana kita menyikapi dunia pendidikan di era milenial yang berkaitan erat dengan perkembangan teknologi informasi ini? Masa yang begitu terpengaruh gawai dan harus disikapi dengan segala kesiapan. Semua lini kehidupan sepertinya tidak bisa menghindar dari perkembangan teknologi informasi yang dinamis, termasuk dunia pendidikan.
Pendidikan di masa lalu dan masa kini tentu berbeda. Setiap generasi memiliki keragaman dalam menjalani masa pendidikannya. Pendidikan saat ini tidak dapat lepas dari perkembangan teknologi. Mulai dari subyek maupun obyek pendidikan itu sendiri. Kini hampir segala hal berbasis teknologi. Bahkan ujian nasional yang semula berbasis kertas dan pensil (UNKP) kini pun sudah mulai menggunakan teknologi, Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Meskipun belum merata di semua daerah dengan segudang permasalahannya.
Lantas, bagaimana dengan anak-anak kita dalam menghadapi masa menuntut ilmu di era milenial? Hal ini memerlukan sikap arif dan bijaksana dari semua kalangan. Orang dewasa, dalam hal ini orang tua dan para pendidik dituntut untuk memantau anak-anak juga peserta didiknya dalam perkembangan teknologi, khususnya gawai.
Kini tak bisa dielakkan lagi dengan maraknya penggunaan gawai di semua kalangan. Mulai dari usia anak-anak ---bahkan balita, hingga usia dewasa tidak bisa lepas dari penggunaan gawai.
Kemudian, mengapa penggunaan gawai ini perlu dipantau, khususnya bagi kalangan anak-anak dan remaja usia sekolah? Tentu saja sangat penting. Orang dewasa mungkin bisa saja menggunakan gawainya dengan bijak, meski tak dipungkiri pula sikap kebablasan seringkali menyusup di dalamnya. Seperti penyebaran berita-berita palsu (hoax) atau konten-konten informasi yang berbau sara dan asusila kerap menjadi hantu gentayangan di siang bolong. Meskpun pemerintah tidak tinggal diam dengan mengeluarkan berbagai kebijakan terkait perkembangan teknologi komunikasi ini, namun berbagai tindak kriminalitas yang disebabkan penggunaannya yang tidak bijaksana, masih kerap terjadi. Hal ini tentu saja perlu diwaspadai.
Lalu, kapan dan bagaimana orang dewasa perlu memantau penggunaan gawai bagi anak-anak usia sekolah? Sepertinya penggunaan gawai menjadi buah simalakama bagi beberapa kalangan. Di satu sisi saat ini hampir setiap aktivitas tidak bisa lepas dari penggunaan gawai. Orang tua (dewasa) melakukan segala komunikasi dan berinteraksi tentu menggunakan gawai dengan fisilitas lengkapnya. Salah satunya adalah media sosial. Gawai dan media sosial kini menjadi bagian penting dalam era milenial.
Jika tidak bisa memilih dan memilah waktu dan keadaan bisa saja hal ini menjadi bumerang bagi pelakunya. Di satu sisi orang dewasa musti mengingatkan anak-anak dalam penggunaan gawai dan fasilitasnya, di sisi lain mereka sendiri kurang bahkan kerap tidak bersikap bijaksana. Orang tua terkadang lupa akan kewajiban terhadap putra-putrinya. Jangan heran jika kini sikap dan karakter anak usia sekolah aneh-aneh dan menghawatirkan. Mereka lebih menyerap gaya hidup dan informasi dari media social daripada suri tauladan keluarga, sekolah atau lingkungan terdekatnya.
Selain itu anak-anak dan remaja maupun orang tua/dewasa kini lebih banyak yang menyukai bacaan atau berita melalui gawai di tangan dari pada bersumber dari buku bacaan atau suratkabar. Itu hanya contoh kecil di mana penggunaan gawai sudah merasuk ke sendi-sendi kehidupan saat ini. Orang tua lebih mudah mengeluarkan biaya hanya untuk paket kuota (pulsa) demi keberlangsungan hidup gawainya daripada menyediakan anggaran untuk membeli buku bacaan bagi anak anaknya.
Haruskah kita berpangku tangan, membiarkan dunia pendidikan terlindas oleh hantu gawai? Sepatutnya kita harus bersama-sama mengencangkan ikat pinggang, lebih bijaksana lagi dalam penggunaannya. Untuk mengurangi ketergantungan pada gawai dalam lingkup keluarga bisa dibuat komitmen bersama antara orang tua dengan anak-anak. Misalnya dengan menyediakan waktu berkumpul lebih banyak, membuat jadwal membaca buku bersama di sela-sela kesibukan, berkunjung ke perpustakaan atau taman bacaan di sekitar tempat tinggal.
Semoga kita menjadi orang dewasa yang tetap mengedepankan esensi pendidikan yang utuh, dan ruh pendidikan tidak lenyap di kalangan generasi milenial. Selamat Hari Pendidikan Nasional!
Cianjur, 2 Mei 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar