TAMU AGUNG ITU BERNAMA RAMADAN
Oleh: DS. Anwar
Tamu adalah seorang atau beberapa orang yang hadir atau berkunjung ke sebuah tempat atau perjamuan. Umumnya tamu disambut dengan bermacam cara atau prosesi. Begitupun dengan sang tuan rumah atau pengundang. Sang tuan rumah biasanya mempersiapkan tempat dan segala sesuatunya untuk menjamu tamu. Mulai dari gerbang, halaman, pintu masuk, kursi hingga segala menu dalam jamuan. Semua disiapkan selengkap dan semaksimal mungkin. Mengapa hal itu dilakukan? Tentu saja demi melayani sang tamu agar tercipta pelayanan yang memuaskan dan menyenangkan.
Lantas bagaimana jika sang tamu bergelar “Tamu Agung”? Tentu saja segalanya jauh lebih istimewa dibanding dengan persiapan untuk menyambut tamu. Bisa jadi tuan rumah akan menyediakan “red carpet”, prosesi upacara adat atau tari-tarian khusus, pengalungan bunga, bahkan jamuan pun akan disiapkan menu paling istimewa. Semua daya, biaya dan konsentrasi pasti terkuras dan tercurah demi mempertaruhkan kredibilitas sang tuan rumah. Tuan rumah tidak mau menjatuhkan harga dirinya hanya karena kurang maksimal dalam menyambut dan menjamu sang “tamu (agung)” tersebut.
Begitu pula saat ini. Beberapa hari ke depan ummat muslim di seluruh belahan dunia pun akan kedatangan tamu, dan termasuk tamu agung. Tamu ini sangat agung yang super spesial. Tetapi bukan orang atau beberapa orang. Ia adalah sebuah bulan yang istimewa. Ialah Ramadan. Mengapa disebut tamu agung? Tengok saja di sekeliling kita. Aromanya sudah tercium sejak dua bulan sebelumnya. Semua ummat muslim telah memanjatkan doa sejak bulan Rajab agar umurnya disampaikan dan dipertemukan dengan "Bulan Seribu Bulan" ini.
Lalu, persiapan seperti apa yang dilakukan ummat muslim di seluruh belahan dunia ini demi menyambut sang tamu agung yang istimewa ini? Tentu saja jawabananya akan beragam. Jika prosesi penyambutannya dikaitkan dengan adat dan budaya para penghuni di bumi ini. Namun secara umum, semua ummat muslim sejak bulan Rajab telah mempersiapkan dirinya dengan berlatih jasmani dan rohaninya yang diawali dengan berbagai puasa sunnah di bulan-bulan sebelumnya.
Sebagai tamu agung, selain sudah disambut sejak dua bulan lalu, Ramadan ini benar-benar akan dijamu selama sebulan penuh dengan berbagai jamuan oleh para perindu ampunan. Semua ummat muslim akan menyambut dan menjamu Bulan Suci ini dengan penuh kehangatan di rumah-rumah yang penuh senyum silaturahim seluruh penghuninya. Hari-hari biasa, banyak yang jarang atau tidak makan pagi, siang dan malam secara bersama, tetapi di bulan Ramadan ini semua akan selalu menikmati hidangan berkumpul penuh keceriaan. Berkumpul dan bersama menikmati kelezatan hidangan mulai sahur hingga berbuka pada waktunya. Baik dengan keluarga terdekat, maupun teman, sahabat dan kerabat.
Seluruh masjid dan surau akan penuh dengan salat tarawih berjamaah. Riuh dengan gemuruh tadarus. Rumah-rumah yatim akan disinggahi berbagai sedekah dan para pencari berkah. Pasar-pasar akan diserbu para ibu yang bersemangat mencari pahala untuk menghidangkan menu terbaik demi menjamu para pejuang puasa. Semua akan terlihat indah dan harmoni. Semua berseri menyambut tamu agung, bulan suci penuh berkah.
Tidak berlebihan jika semua bersiap menyambut tamu agung yang sangat istimewa ini. Semoga puasa-puasa sunnah di bulan sebelumnya menjadi modal untuk perjalanan selama bulan suci. Semoga segala persiapan lahir bathin yang dipersiapkan menjadi kekuatan untuk menjamu tamu yang dirindukan seluruh penghuni semesta ini.
Semoga umur kita sampai di bulan Ramadan. “Ya, Allah berkahilah kami di Bulan Rajab dan Sya’ban, serta pertemukanlah kami dengan bulan Ramadan.” Marhaban yaa, Ramadan.[]
Cianjur, 3 Mei 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar