BEDAH BUKU SENYUM NOLINA

BEDAH BUKU SENYUM NOLINA
KUMPULAN CERPEN "SENYUM NOLINA" karya Dedi Saeful Anwar ini sudah bisa dipesan. Harga Rp38.000 (belum ongkir). [Info pemesanan dan penerbitan di FAM Publishing hubungi Call Centre 0812 5982 1511, atau via email forumaktifmenulis@yahoo.com, dan kunjungi web kami di www.famindonesia.com]

Kamis, 18 Juli 2013

FTS: KEGANJILAN DI SEMESTER GANJIL

KEGANJILAN DI SEMESTER GANJIL
Oleh: Dedi Saeful Anwar

Awal Oktober 2010 adalah saat aku harus menyesuaikan diri di tempat baru karena pindah tugas mengajar dari sebuah Sekolah Dasar di daerah terpencil ke sebuah Sekolah Dasar di perkotaan. Bertepatan dengan kelahiran putri pertamaku di minggu pertama. Hari-hariku langsung disibukkan dengan mengisi sepuluh kelas karena menggantikan seorang guru Bahasa Inggris yang sedang cuti melahirkan. Di tengah suasana baru itu aku harus segera mempersiapkan soal-soal untuk menghadapi Ulangan Tengah Semester (UTS) Ganjil yang akan digelar pada minggu ke dua. Sementara di minggu ke tiga hasil UTS harus segera dilaporkan dan berkas ulangan harus kubagikan kepada semua siswa.
Sehabis shalat subuh aku menyalakan mesin cuci. Sambil menunggu cucian bersih kuperiksa hasil ulangan kelas 3A sementara kelas 3B sudah kuselesaikan. Beres menjemur cucian berkas ulangan pun selesai kuperiksa tinggal kupindahkan hasilnya ke buku Daftar Nilai.

Hasil ulangan yang acak-acakan pun kusimpan di atas meja di ruang guru, segera kubergegas masuk kelas 3A jam ke satu dan kedua, dan di kelas 3B pada jam ke tiga hingga ke empat. Baru pada jam istirahat kumasukkan semua hasil UTS ke Buku Daftar Nilai. Aawalnya tidak ada yang aneh. Ku ambil berkas UTS kelas 3A. Lembar pertama ternyata nomor absen pertama, lalu lembar ke dua juga absen nomor dua. Hingga lembar ke sebelas baru aku sadar bahwa berkas tersebut sudah rapih bersusun dari nomor urut 1 hingga 45. Padahal sejak semalam semua berkas itu kuacak tidak beraturan. Sebelum kulanjutkan ke lembar nomor dua belas kuhentikan sejenak. Kuberpikir, siapa gerangan yang sudah membantu merapikan pekerjaanku?. Aku yakin berkas UTS ini berada dalam map plastik, kutindih dengan Buku Daftar Nilai dan di kantor tidak ada siapa pun karena semua guru berada di kelasnya masing-masing.

“Kang Abdul, apa tadi ada yang  masuk kantor sebelum istirahat?” tanyaku pada penjaga sekolah.
“Ada pak, Pak Asep mengambil bola voli dan Bu Imas mengambil Torso, tapi sebentar saja mereka. Memangnya ada apa ya?” Kang Abdul menjelaskan panjang lebar.
“Lalu ada yang duduk di meja saya tidak?” desakku lagi.
“emmm... saya rasa tidak ada pak, dari tadi saya di sini menyapu terus mengepel lantai dan tidak ada yang sempat duduk-duduk di sini.” Jelas Kang abdul lagi.
Jawaban Kang Abdul semakin membuatku heran. ‘Lalu siapa gerangan yang merapikan berkas-berkasku ini?’ gumamku dalam hati.

“Oh iya, gak apa kalu begitu, terima kasih kang.” Jawabku singkat, dan melanjutkan pekerjaanku memasukkan nilai untuk kelas 3B. Keanehan terjadi lagi. Berkas ulangan kelas 3B pun ternyata sudah rapi, berurut dari nomor 1 hingga nomor absen 42! Keherananku tidak terjawab hingga kutemukan keganjilan lain di minggu ke empat.
Hari sabtu kubergegas pagi hari mengenakan setelan training pak untuk berolahraga massal di sekolah. Walaupun bukan guru oleh raga tapi aku selalu mengikuti program pembiasaan senam di akhir pekan. Sekalian membantu guru olahraga yang kerepotan mengatur siswa dari kelas dua hingga kelas enam. Sementara kelas satu tidak dilibatkan. Sesampainya di sekolah aku kaget karena dompetku tidak ada. Tapi terbersit keyakinan bahwa dompet mungkin di saku celana coklat karena kemarin Jum’at kukenakan pakaian pramuka sehabis melatih Ekskul Pramuka.
Namun sesampainya di rumah kepanikan mulai menyerangku. Dompetku hilang!

Ku cari di saku celana pramuka, tidak ada. Di laci meja kerja juga tiada. Penasaran ku bongkar isi tas kerjaku hingga ku balik tasku. Tetap dompet itu tak kutemukan.

“Bu, apa ibu menyimpan dompet ayah?” tanyaku pad istriku.
“Dompet? Dompet ayah?” istriku malah balik bertanya smabil mengernyitkan dahi.
“Iyalah bu, habisnya dompet siapa lagi?” sergahku dengan nada panik.
“Enggak, Yah! Kok bisa hilang?” Jawaban istriku semakin menambah kepanikkanku. Panik  karena minggu pagi aku harus berangkat ke Bandung untuk keperluan menemui dosen pembimbing skripsiku. hingga keberangkatanku ke Bandung dompet itu masih tidak kutemukan. Beruntung saja selama perjalan ke Bandung hingga pulang kembali ke Cianjur aku selamat tidak terkena operasian polisi walau dengan tanpa membawa surat-sruat berkendara seperti SIM dan STNK karena semuanya raib bersama dompetku itu.

Hari senin sehabis upacara aku menceritakan semua kejadian itu kepad guru-guru sebelum semuanya masuk kelas. Namun keanehan kembali hadir. Saat kubukua tas kerjaku dompet hilang itu sudah berada dalam tasku, tepat di bawah resleting tas kerjaku. Isinya lengkap, tanpa ada yang hilang termasuk uangku utuh!

“Pak Dedi, jangan kaget ya, itu penunggu di sekolah ini yang ingin berkenalan dengan guru baru!” Bu Dedeh guru kelas II menenangkanku sambil tersenyum. 

Aku hanya diam melongo dan tak bereaksi. Masih tidak mengerti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar