GERIMIS MENGIRIS TANPA PERMISI
Oleh: Dedi Saeful
Anwar
Melepas lelah
dari sebuah perjalanan yang berjarak cukup jauh memang layak dinikmati di bibir
senja. Berteman secangkir teh hangat buatan istri tercinta. Kali ini sebuah
buku tidak menemaniku saat melepas kepergian senja. Biasanya kunikmati merah
jingga senja di teras sambil berkelana di lembah buku.
Sebuah channel televisi akhirnya menjadi teman
pelepas lelah. Tetapi bukannya sebuah relaksasi yang hadir, malah rerimbun
gerimis mengiris-iris. Sangat pilu. Betapa miris saat menyaksikan berita
terdamparnya puluhan orang etnis Rohingya di tanah Rencong, Aceh.
Menurut
pemberitaan televisi tersebut, mereka telah berbulan-bulan terombang-ambing di
tengah lautan. Mereka adalah orang-orang yang bernasib tidak beruntung. Mereka
adalah golongan yang dibuang dan tidak ada yang mengakui keberadannya.
Beruntung
nasib mereka saat terdampar di bumi Serambi Mekah. Pemerintah setempat menolong
demi kemanusiaan, demi rasa persaudaraan pada sesamanya. Sangat tersentuh dengan
pernyataan Wakil Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam yang mengatakan bahwa
pihaknya memberikan pertolongan kepada mereka ---etnis muslim yang diusir dari
negera Myanmar--- hanya karena mereka saudara sesama muslim.
Terlepas dari
tiada satu pun negara yang mau melindungi mereka, namun pemberitaan hal ini
sungguh telah menghadirkan embun di tengah hati yang gurun. Aku bukanlah
pengamat politik, dan tidak bermaksud menyudutkan atau berpihak pada siapa pun.
Aku hanya sebutir debu yang ingin mengembuskan isi hati. Hati yang telah
diketuk gerimis tanpa permisi.
Semoga Allah
Swt senantiasa melindungi Muslim Rohingya. Amin.
Cianjur, 18 Mei 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar