Menulis itu asyik. Media yang nyaman untuk berdialog antara hati dan pikiran, hingga melahirkan karya indah yang bermanfaat
Selasa, 31 Desember 2013
CATATAN DARI KPN-IV 2013 BUPERTA CIBUBUR JAKARTA, 9-14 SEPTEMBER 2013
CATATAN DARI KPN-IV 2013
BUPERTA CIBUBUR JAKARTA, 9-14 SEPTEMBER 2013
Oleh: Dedi
Saeful Anwar
Catatan ini
awalnya akan diturunkan tidak lama setelah saya tulis. Namun karena berbagai
kendala akhirnya baru kali ini saya turunkan dalam beberapa bagian. Semoga hal
ini bisa menjadi salah satu wawasan baru bagi semua, kususnya bagi saya
sendiri.
Pada 9-14
September 2013, saya mengikuti salah satu kegiatan yang diadakan oleh Gerakan
Pramuka Nasional dalam agenda rutin empat tahunannya yaitu Karang Pamitran
Nasional (KPN) IV. Penyelenggarannya kali ini dilaksanakan di Bumi Perkemahan
dan Graha Wisata (Buperta) Cibubur, Jakarta.
Karang
Pamitran merupakan ajang pertemuan para pembina pramuka di gugus depan (Gudep)
untuk saling berbagi informasi, pengetahuan dan keterampilan dengan “silih asah
(saling mengasah), silih asuh (saling memberi contoh tenteng penghayatan nilai
dan silih asih (saling mengasihi)”.
Kegiatan
ini merupakan yang hajatan yang baru menggeliat kembali setelah vakum selama 17
tahun, begitu pernyataan Ketua Kwartir Nasional dalam sambutannya pada Upacara
Pembukaan yang di hadiri kurang lebih 2500 peserta dari seluruh Indonesia.
Sungguh merupakan pengalaman yang sangat mengesankan. Betap tidak, kegiatan ini
ibaratnya membawa saya pada sebuah miniatur Indonesia yang dikumpulkan dalam
satu wadah kecil. Saya bertemu, bercengkrama dan berbagi rasa dengan para
pembina dari seluruh negeri yang sangat kaya dengan kebudayaannya.
Selama ini
semua itu hanya saya lihat dan saksikan lewat media elektronik. Atau hanya saya
baca bari buku-buku maupun surat kabar. Namun, selama satu minggu itu saya
berinteraksi dengan mereka. Saudara yang berbeda bahasa dan budayanya. Rasa
syukur saya begitu deras terpanjatkan padaNya.
Semua
berbeda tetapi tetap satu tujuan, satu hati satu warna baju dan satu tekad.
Laiknya Bhinneka Tunggal Ika. Kami ingin menjadi pencetak para generasi yang
lebih baik dan generasi unggul melalui wadah kegiatan yang di sebut Gerakan
Pramuka.
MY DREAM
COMES TRUE
Betapa
tidak, karena hal ini ibaratnya sebuah mimpi yang menjadi kenyataan (dream
comes true). Bila menerawang ke masa lalu, saya pernah dililit rasa kecewa yang
tiada berujung, saat tidak bisa ikut kegiatan Jambore Nasional tahun 1986 yang
juga dilaksanakan di tempat yang sama yaitu Buperta Cibubur. Mengapa saya
kecewa? Saat itu saya terserang penyakit typus ketika duduk di bangku kelas 1 SMP.
Dengan demikian saya tidak bisa mengikuti kegiatan pramuka dan tentu tidak
tepilih menjadi perwakilan. Sejak itu terbersit sebuah ucapan dalam hati,
“suatu saat saya akan ke sana”. Setiap perkataan adalah doa dan aya meyakini
hal itu.
Waktu pun
terus beranjak. Hingga pada akhirnya doa dan keinginan itu terwujud pada 2013
ini. Kurang lebih selama 29 tahun penantian itu terwujud di saat saya sudah
menjadi seorang pembina. Walaupun berbeda forum karena Jambore adalah forum
untuk peserta didik (Anggota Pramuka Penggalang) sedangkan Karang Pamitran
adalah forum untuk Anggota Dewasa/Pembina.
Pihak
Kwartir Cabang (Kwarcab) Cianjur pada awalnya tidak memilih saya untuk menjadi
utusan ke KPN 2013 tersebut. Namun dua hari menjelang keberangkatan ke tujuan,
dari enam orang utusan (3 orang pembina putra dan 3 orang pembina putri), salah
satu dari utusan putra tersebut mengundurkan diri dengan alasan yang bisa
diterima pihak Kwarcab.
Akhirnya
pihak Pusdiklatcab Cianjur memutuskan mencari penggantinya secara mendadak. Dan
beryukur, mereka akhirnya memilih saya dengan pertimbangan saya sudah memenuhi
kriteria/persyaratan. Alhamdulillah walaupun dengan persiapan serba mendadak,
setelah saya mendapat izin dari pihak sekolah- di mana saya mengajar- akhirnya
saya bisa mengikuti kegiatan KPN hingga selesai di tempat yang pernah saya
impikan beberapa puluh tahun silam.
Bersambung...
Senin, 30 Desember 2013
KEJUTAN DI AKHIR 2013
Alhamdulillah,
Di hari terakhir tahun 2013 ini, Allah Swt begitu sayang pada hambanya. Dalam keaadan sakit yang masih mendera kaki kanan ini ada kejutan di akhir tahun. Dari even menulis bulanan yang diselenggarakan oleh Grup ECa (Es Campur) tanpa diduga tulisan saya selain terpilih menjadi kontributor, ternyata nyangkut juga dalam 3 naskah terbaik.
Tentunya hal ini menjadi pelengkap kebahagiaan dari prestasi lainnya di tahun ini. Semoga tahun mendatang bisa menelurkan karya tulis yang semakin baik lagi.
Amin, semoga.
Coretan Kecil Anisa AE: PEMENANG EVENT ONLINE SHOP: Setelah berhari-hari dikejar para kontributor buku "Online Shop, Why Not?" untuk pengumuman siapa saja yang berhak mendapatkan ...
Minggu, 29 Desember 2013
SAMPAH
Sampah. Satu
kata saja, tapi bisa menimbulkan beribu masalah. Kenapa bisa? Tengok saja, sehari-hari
kita membuat dan membuang sampah. Entah sampah plastik, kertas atau jenis sampaj
lainnya. Bukan begitu? Namun seberapa sadarkah kita peduli dengan sampah ini. Masih
teringat saat meletusnya gunung sampah di daerah Leuwigajah, Kota Cimahi-Jabar
beberapa tahun yang lalu.
Loh,
memang ada gunung sampah? Ya jelas ada, inilah negeri aneh. Gunung itu biasanya
identik dengan pepohonan hijau (ada juga gunung yang gundul alias terkena
penebangan liar). Tapi bukan gunung sampah yang akan dibahas, ini lebih ke cara
dan perilaku kita dalam sehari-hari berinteraksi denga sampah. Mari kita ikuti
percakapan pada suatu pagi di gang sempit berpenduduk padat di sekitar tempat
tinggalku.
“Teteh
mau kemana?” tanyaku basa-basi menyapa seorang perempuan setengah baya yang
lewat di depan rumah. Padahal aku sering melihatnya melakukan hal itu.
“Ini
Pak, mau buang sampah,” jawabnya singkat sambil berlalu. Tangan kanannya menjinjing
sebuah ember bekas cat tembok seukuran 25 kg. Dia terbisa membuang sampah ke
bibir sungai yang tak jauh dari rumah. Aku cuma menghela napas. Pernah satu
waktu kutanya dia, alasannya suka membuang sampah ke kali itu. Namun bukan sebuah
jawaban yang kuterima. Dia malah balik bertanya, bahwa siapa yang melarang buang
sampah ke sungai itu. Tak hanya wanita itu, hampir kebanyakan warga di kampung
tempat tinggalku terbiasa membuang sampah ke sungai itu. Sudah tradisi! Begitu kira-kira
bila meminjam jargon sebuah iklan di televisi
Sekali
waktu aku melihat sungai itu di pagi hari sebelum berangkat kerja. Sembari
menikmati udara pagi ditemani putriku yang masih TK. Saat itu bermunculan orang-orang
dari empat juru arah mata angin. Mereka semua dengan watados (wajah tanpa dosa)
melemparkan jinjingan yang mereka bawa. Ada yang melempar dua kantung keresek (plastik
hitam), ada yang satu keresek dengan ukuran bersar. Kuperhatikan tangannya
terampil sekali melempar benda-benda busuk itu. Mereka tumpahkan semuanya di
sana. Di sungai yang sudah menjerit sempit. Bahkan ada yang langsung menenteng
tong-tong sampah mereka. Mulut sungai dalam sekejap nampak sudah bertumpuk
puluhan kantung plastik berisi sampah.
Aku
hanya bisa menjerit dalam dada. Padahal tak jauh dari daerah tempat tinggal
kami ada penampungan sampah. Di mulut gang yang berjarak hanya beberapa puluh meter
terdapat sebuah bak sampah yang secara rutin di angkut oleh Dinas Kebersihan. Namun
warga di sini merasa enggan untuk sekadar berjalan atau naik motor mereka sendiri
untuk pergi ke tempat penampungan sampah itu.
Bukan
tiada penyuluhan. Bukannya tiada peringatan. Bukannya tiada larangan membuang
sampah sembarangan dari aparat berwenang. Tapi yang jelas TIADANYA KESADARAN TINGGI
DARI WARGA SETEMPAT UNTUK MENJAGA LINGKUNGANNYA.
#miris!
[30/12/2013]
KHAWATIR (atau TAKUT?)
Khawatir atau perasaan gelisah/cemas terhadap suatu hal adalah wajar.
Namun kekhawatiran itu kini menyeruak lebih terasa. Seperti itulah
perasaan yang kini hinggap bila mendengar aksi geng motor atau aksi
kejahatan yang akhir-akhir ini diberitakan media. Terbilang nekad bahkan
sadis. Awal tahun 2013 salah satu teman dekat kehilangan tasnya yang
berisi uang ratusan ribu dengan ATM yang
berisi belasan juta justru saat berkendaraan (roda dua). Kemudian orang
tua murid yang kehilangan nyawanya tepat di malam perayaan tahun baru
kemarin. Sepasang suami-istri nyawanya berujung di tangan orang-orang
nekat dan sadis, padahal pelaku tindak kejahatan itu masih ada pertalian
darah dengan korban.
Entah berapa puluh, ratus atau bahkan ribuan tindak kejahatan yang terjadi yang tidak sempat disaksikan lewat media. Terakhir adalah aksi geng motor di Jalan layang Pasupati-Bandung. Beruntung nyawa korban selamat.
Khusus geng-geng motor, sering beraksi pada malam hari. Lantas, haruskah kita mengurungkan niat bila ada keperluan di malam hari? Sementara aksi nekat itu sudah masuk ke daerah-daerah terpencil sekalipun. Bagaimana dengan 2014?
#berdoa semoga lebih aman
Cianjur, 29 Des 2013
Entah berapa puluh, ratus atau bahkan ribuan tindak kejahatan yang terjadi yang tidak sempat disaksikan lewat media. Terakhir adalah aksi geng motor di Jalan layang Pasupati-Bandung. Beruntung nyawa korban selamat.
Khusus geng-geng motor, sering beraksi pada malam hari. Lantas, haruskah kita mengurungkan niat bila ada keperluan di malam hari? Sementara aksi nekat itu sudah masuk ke daerah-daerah terpencil sekalipun. Bagaimana dengan 2014?
#berdoa semoga lebih aman
Cianjur, 29 Des 2013
PISAU
Tajam pisau karena diasah (orang menjadi pandai dan mahir karena terus
belajar dan berlatih) begitu kata “Embah Google”, eh kata pepatah. Hari
ini kualami. Betapa tidak, dulu saat mencoba berwirausaha-membuat kue
lalu menjajakannya ke warung dan toko kue- biar begini aku pernah mahir
(ecieee...) dalam membuat beberapa jenis kue.
Hari ini dengan perasaan pe-de yang membumbung tinggi (untung kagak selangit ngapungnya) kusanggupi permintaan anakku itu. Dia ingin dibuatkan kue kesukaannya, alasannya karena dulu pernah bisa (pertimbangan lainnya lagi selagi masih liburan, It’s okay, no problemo..hoooho....)
Nah, aku lupa pepatah di atas. Dalam ke-pede-an tadi, padahal hatiku sedikit ciut karena sudah lama tidak pernah melakukan hal seperti itu lagi. Aku tidak yakin dengan resepnya. Ada yang lupa. Nah, loh!! Masalah mulai timbul. Tapi seorang ayah ‘gak mau terlihat kikuk di hadapan anaknya. Diam-diam aku sms-an dengan kakak yang di luar kota. Sip, aku yakin! Resep jitu sudah kupegang, catch it!
Setelah selesai, aku tanya dia, “Gimana Nak, kue buatan Ayah?” dengan cemas kunantikan jawabannya.
(pura-pura) Anakku memasang wajah memelas dan sendu,”Ayah hebat, Uennnak buangets!”
#halah_lega. Alhamdulillah, untung gak minta dibuatkan tiap hari. Cianjur, 29 Des 2013
Hari ini dengan perasaan pe-de yang membumbung tinggi (untung kagak selangit ngapungnya) kusanggupi permintaan anakku itu. Dia ingin dibuatkan kue kesukaannya, alasannya karena dulu pernah bisa (pertimbangan lainnya lagi selagi masih liburan, It’s okay, no problemo..hoooho....)
Nah, aku lupa pepatah di atas. Dalam ke-pede-an tadi, padahal hatiku sedikit ciut karena sudah lama tidak pernah melakukan hal seperti itu lagi. Aku tidak yakin dengan resepnya. Ada yang lupa. Nah, loh!! Masalah mulai timbul. Tapi seorang ayah ‘gak mau terlihat kikuk di hadapan anaknya. Diam-diam aku sms-an dengan kakak yang di luar kota. Sip, aku yakin! Resep jitu sudah kupegang, catch it!
Setelah selesai, aku tanya dia, “Gimana Nak, kue buatan Ayah?” dengan cemas kunantikan jawabannya.
(pura-pura) Anakku memasang wajah memelas dan sendu,”Ayah hebat, Uennnak buangets!”
#halah_lega. Alhamdulillah, untung gak minta dibuatkan tiap hari. Cianjur, 29 Des 2013
TOKOH
Saat membolak-balik halaman koran hari ini (29/12/13), mata saya
tertuju pada salah satu halamannya yang penuh foto dengan aneka warna.
Tampilannya colorful. Tentu menggoda penglihatan saya, karena hanya ada
sedikit keterangan di bawah foto-foto itu. Setelah yakin mereka adalah
foto-foto dari 25 nama-nama pesohor, baik dari kalangan selebritas
maupun politikus di dalam dan luar negeri yang wafat pada sepanjang 2013 ini.
Dari kedua puluh lima tokoh tersebut ada 8 yang sama sekali saya belum pernah tahu profilnya, bahkan namanya pun baru saya dengar hari ini (kasian banget deh gue-...!) Entahlah, memang mungkin saya kurang infomasi atau malas baca (bisa jadi-bisa jadi).
Dan dari 25 tokoh itu hanya satu yang pernah saya lihat secara langsung bahkan berjabatan tangan dengan saya -lagi-lagi kasian banget deh gue, wong ndeso banget- Beliau adalah Dr. Tarmizi Taher (Mantan Menteri Agama RI 1993-1998). Saat itu saya menghadiri sebuah perayaan Hari Besar Keagamaan di Masjid Agung Cianjur beberapa tahun ke belakang. Ketika itu Beliau sudah tidak menjabat Menteri lagi. Kekaguman saya terbit padanya selain pada gaya penyampaian dakwahnya yang lugas namun juga kagum pada perjalanan karirnya. Saat itu saya baru tahu kalau beliau adalah seorang Pensiunan Militer yang berpangkat Laksamana Muda TNI Angkatan Laut yang bergelar dokter.
Seandainya hari ini saya tidak membaca berita itu mungkin saya tidak akan pernah tahu bahwa salah satu tokoh yang menginspirasi itu sudah tiada. Selamat Jalan Bapak Tarmizi. Allahumma ya Allah ampunilah seluruh dosa almarhum, maafkan seluruh kesalahan almarhum, terimalah amal ibadah almarhum, terimalah almarhum sebagai hambaMu yang mulia disisiMu.
Cianjur, 29 Des 2013
Dari kedua puluh lima tokoh tersebut ada 8 yang sama sekali saya belum pernah tahu profilnya, bahkan namanya pun baru saya dengar hari ini (kasian banget deh gue-...!) Entahlah, memang mungkin saya kurang infomasi atau malas baca (bisa jadi-bisa jadi).
Dan dari 25 tokoh itu hanya satu yang pernah saya lihat secara langsung bahkan berjabatan tangan dengan saya -lagi-lagi kasian banget deh gue, wong ndeso banget- Beliau adalah Dr. Tarmizi Taher (Mantan Menteri Agama RI 1993-1998). Saat itu saya menghadiri sebuah perayaan Hari Besar Keagamaan di Masjid Agung Cianjur beberapa tahun ke belakang. Ketika itu Beliau sudah tidak menjabat Menteri lagi. Kekaguman saya terbit padanya selain pada gaya penyampaian dakwahnya yang lugas namun juga kagum pada perjalanan karirnya. Saat itu saya baru tahu kalau beliau adalah seorang Pensiunan Militer yang berpangkat Laksamana Muda TNI Angkatan Laut yang bergelar dokter.
Seandainya hari ini saya tidak membaca berita itu mungkin saya tidak akan pernah tahu bahwa salah satu tokoh yang menginspirasi itu sudah tiada. Selamat Jalan Bapak Tarmizi. Allahumma ya Allah ampunilah seluruh dosa almarhum, maafkan seluruh kesalahan almarhum, terimalah amal ibadah almarhum, terimalah almarhum sebagai hambaMu yang mulia disisiMu.
Cianjur, 29 Des 2013
Rabu, 25 Desember 2013
[Untukmu Ibu] Sebuah Surat: Percakapan Terakhir
Rumah Pilu, 22 Desember 2013
Kepada Yang Terkasih
Ibunda
Di Rumah-Nya
Ibu, kuharap sekarang
Ibu sedang menikmati indahnya surga-Nya. Kuharap Ibu sekarang tengah menikmati
taman-taman indah dan menakjubkan milik-Nya. Kini rinai di sudut kedua mataku meskipun telah mengering namun rasa pilu masih
menyesaki relung sanubariku sejak kepergianmu dua bulan yang lalu. Belum genap
seratus hari kepergianmu, tentu sampai hari ini membuatku masih menyisakan rasa
bahwa engkau masih hadir di tengah-tengah kami. Setiap kumasuk ke kamarmu masih
tercium ada wangi rambutmu yang selalu diusap dengan minyak urang-aring. Masih
berdiri lemari coklat pakaianmu yang berisi baju-baju daster favoritmu yang
selalu membuat nyaman di kala gerah melanda tubuh ringkihmu-- di sudut kamar
dekat jendela yang menghadap ke arah timur. Di dalamnya juga masih berjejer
kebaya, kain batik serta kerudung yang selalu menghiasi tubuhmu yang penuh
kasih sayang. Masih tergelar tikar dan sajadah yang selalu kau gunakan
bermunajat serta mengirimkan beribu doa dan pinta kepada Yang Maha Kuasa. Kau
selalu mendoakan anakmu, namun aku --anak yang kau kirim doa-- terkadang lupa
bahwa engkau selalu menantikan kedatanganku. Anakmu ini selalu sibuk dengan hal
lain. Berdalih sibuk dengan pekerjaan, inilah, itulah dan hal lainnya.
Ibu, seandainya waktu
bisa kuputar ulang ingin bahwa aku ‘tak akan menggagalkan pertemuan itu. Aku
akan pergi dengan cucumu untuk menemuimu yang sedang terbaring lemah melawan
rasa sakitmu itu. Seandainya ‘tak kukatakan kalau cucumu juga sedang sakit
mungkin engkau tak akan menghalangi aku untuk menyegerakan pergi untuk menemui
dan menengokmu. Cintamu teramat besar kepada kami, anak dan cucumu. Ternyata
percakapan terakhir denganmu lewat telepon di Jumat pagi itu, adalah terakhir
kalinya aku mendapat kesempatan untuk mendengar suaramu yang halus dan bijak.
“Nak, sudahlah jangan
dulu datang ke Bandung, biarkan putrimu sehat dulu. Kasian cucuku yang cantik
itu berpergian jauh dalam keadaan tidak sehat. Sabar ya Nak, jaga cucuku. Ibu
di sini sudah agak baikkan. Peluk cium dari Ibu untuk putri kecilmu itu,”
ucapan terakhir Ibu di ujung telepon membuatku tertegun.
Saat menutup telepon ‘tak
terasa rinai muncul di sudut-sudut mataku. Hangat membasahi kedua pipiku. Ibu,
engkau terlalu pandai menyimpan rindumu di ruang yang semakin sempit. Sementara
aku....? ah, Ibu maafkan aku yang tidak mengetahui firasat itu.
Ibu, dalam surat ini, izinkan
anakmu mengurai beberapa rencana indah yang awalnya kuharap bisa dilalui bersamamu
di akhir tahun ini. Aku sudah merencanakan dengan menantu dan cucumu, putri
kecilku yang sudah memasuki sekolah TK di usianya yang baru menginjak 2,5 tahun
itu. Kami berencana memotong hewan
kurban bersama saat perayaan Idul Adha kemarin. Kemudian istriku pun sudah
menyiapkan sebuah sajadah baru dari kain beludru yang tebal berwarna coklat. Aku
harap engkau akan nyaman saat mengikuti salat sunnat Idul Adha, atau di saat bersimpuh
dalam sujud dan dudukmu sembari memanjatkan doa dan beribu pintamu pada Sang
Khalik.
Bahkan saat liburan
sekolah di akhir tahun ini aku dan anak-istriku merencanakan akan
mengunjungimu. Seperti tradisi di tahun-tahun sebelumnya saat kita mengisi
akhir tahun dengan berkumpul dan bermuhasabah. Diselingi canda dan tawa sekadar
pengusir hawa malam yang dingin sambil menikmati hidangan teh rempah yang
hangat. Kita berbagi cerita juga kisah. Ditemani bunga euphorbia, melati dan
wijaya kusuma juga kemuning dalam pot. Serta disaksikan berjuta kerlip bintang
yang nampak berseri serta senyum rembulan merekah yang sering muncul di selasar
dahan dan ranting pohon jambu di beranda rumah.
Ibu, engkau biasanya mengurai
banyak kisah yang akan menghapus tumpukan rindu dalam kalbumu yang syahdu. Engkau
bagikan kisah-kisahmu yang selalu menghadirkan beribu hikmah yang menjadi suri
teladan. Dan, engkau akan menebar senyum melihat tingkah cucumu yang beranjak
besar. Walau tanganmu dalam sakit namun engkau selalu berusaha ingin
menggendong cucumu dengan binar-binar cintamu.
Demi mengikuti saranmu,
maka kuurungkan pergi Jumat itu. Aku berusaha sabar dengan mengganti rencanakau
hingga dua hari ke depan yaitu hari Minggu. Dan pertimbangan lainnya semoga Ibu
akan semakin baik kesehatannya. Lagi pula pada hari Minggu itu bertepatan
dengan Hari Ulang Tahun putriku pada 6 Oktober. Kuharap perayaan sederhana hari
jadi putriku akan mampu menjadi pelipur rasa rindu Ibu.
Manusia boleh membuat
rencana sematang mungkin. Manusia boleh memiliki keinginan banyak, ini dan itu.
Namun jika Allah SWT berkehendak lain tentu semua insan tiada yang bisa
menolak-Nya. Tuhan teramat sayang pada Ibu. Tuhan memanggilmu di saat semua
rencana sudah kususun dengan matang. Barang-barang sudah kusiapkan untuk pergi
menuju rumah Ibu. Namun ibu lebih dahulu di panggil oleh-Nya.
Ibu, pantas saja
anggrek di rumah sudah enggan lagi berbunga. Bunga kesukaanmu itu lama tidak
memunculkan kuncup-kuncup indahnya. Bahkan kelopaknya yang biasanya menerbitkan
warna ungu kemerahan itu tak mau lagi hadir di jambangan. Andai saja aku
mengerti bahasanya, aku akan tahu bahwa dia sedang berduka mendengar
penderitaanmu melawan penyakit. Jika aku paham akan ucapannya mungkin saja aku akan
tahu bahwa harus segera menemui Ibu. Bunga itu tidak menampakkan ceria sama
sekali. Bahkan beberapa bulan sebelumnya dedaunnya selalu layu walau selalu
kujaga dan kusiram. Dia sepertinya sudah memberikan tanda padaku jika Ibu akan
pergi. Ibu, kini anggrek itu pun telah kering seiring kepergianmu
menghadap-Nya.
Ibu, semenjak
kepergianmu awan selalu memayung mendung. Langit selalu membawa kaki-kaki
hujan. Hari-hari yang kujalani terasa sepi. Semangatku seakan menguap. Hanya
doa-doa yang mampu membuatku tegar. Perlahan aku mulai menata perasaan piluku
walau dada masih terasa sesak menahan rasa yang ‘tak menentu. Semua itu karena
aku masih merasa engkau hadir di sisiku, di sini bersama kami—aku dan anak
istriku. Sebenarnya, aku ingin Ibu menyaksikan putriku tumbuh menjadi dewasa.
Juga, ingin aku menyaksikan putriku merapikan rambutmu yang sudah berubah
abu-abu juga memutih. Atau bercengkrama denganmu dan memanggil nenek. Ah, Ibu.
Semua ini kini hanya menjadi kenangan yang tidak mungkin akan terwujud.
Ibu, sebelum ananda
menutup surat sederhana ini, izinkan aku mengatakan yang ada dalam hati ini
bahwa hari ini, hari di mana semua orang mengucapkan “Selamat Hari Ibu” kemana
lagi aku harus menumpahkan selaksa rindu ini. Tiada lagi yang mampu mengusap
air mata rindu ini. Kini hanya tanah merah dan basah dengan rinai yang ada
dihadapanku. Kemboja di samping nisanmu hanya mampu membisu. Mawar merah muda
pun terdiam tak banyak kata. Aku hanya bisa memanjatkan doa pada-Nya.
Kutumpahkan doa-doaku agar engkau mendapat tempat yang terbaik di sisi-Nya.
Kutitipkan buncah rinduku pada kemboja dan mawar itu.
Ibu, airmataku sudah
menyatu dengan hujan meresap di tanah merah itu. Semoga engkau tahu bahwa aku
merindukanmu. Sungguh.
Ibu, I love you so much. I do.
Peluk hangat,
dari Ananda
Dedi Saeful Anwar
Catatan:
Postingan ini bisa juga dilihat di: www.kompasiana.com/Ds-Anwar
Catatan:
Postingan ini bisa juga dilihat di: www.kompasiana.com/Ds-Anwar
40 Naskah Surat yang Lolos Seleksi dan Dibukukan FAM Publishing
Alhamdulillah,
Walaupun tidak masuk yang terbaik, namun setidaknya
naskah Lomba Menulis Suratku yang ke-sekian kalinya digelar oleh Grup Forum
Aktif Menulis, masih menyisakan kekuatan goresan penaku.
Lomba yang bertemakan “Yang Berkesan di Akhir Tahun” masuk
nominasi untuk dibukukan bersama 40 karya lainnya. Ber-positive thinking saja. Hali
ini bisa dikarenakan adanya penurunan kualitas, atau isinya kurang menarik,
atau....bisa juga yang karena persertanya kali ini semakin meningkat kualitas karyanya.
Yang jelas saya sangat bersyukur, semoga lomba yang akan datang bisa semakin baik lagi prestasinya. Amin.
Untuk lebih lanjut silakan kunjungi halaman berikut ini:
Yang jelas saya sangat bersyukur, semoga lomba yang akan datang bisa semakin baik lagi prestasinya. Amin.
Untuk lebih lanjut silakan kunjungi halaman berikut ini:
http://www.famindonesia.com/2013/12/40-naskah-surat-yang-lolos-seleksi-dan.html
Langganan:
Postingan (Atom)