BEDAH BUKU SENYUM NOLINA

BEDAH BUKU SENYUM NOLINA
KUMPULAN CERPEN "SENYUM NOLINA" karya Dedi Saeful Anwar ini sudah bisa dipesan. Harga Rp38.000 (belum ongkir). [Info pemesanan dan penerbitan di FAM Publishing hubungi Call Centre 0812 5982 1511, atau via email forumaktifmenulis@yahoo.com, dan kunjungi web kami di www.famindonesia.com]

Senin, 13 September 2021

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

 


3.1.9. KONEKSI ANTAR MATERI - PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

 

Oleh: 

Dedi Saeful Anwar-CGP2, Kab. Cianjur

 


 

Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Demikian filosofi Pendidikan yang diusung oleh Ki Hadjar Dewantara (KHD). Sebagai pencetus Patrap Triloka sangat jelas beliau memberikan dian penerang bagi bangsa besar ini.

Ing Ngarso sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani, merupakan pegangan untuk para pendidik dalam menumbuhkan jiwa yang berbudi pekerti luhur. Sebuah cita-cita luhung yang diharapkan mampu mewujudkan pendidikan sebagai tempat persemaian benih-benih kebudayaan. Sehingga dapat menciptakan manusia Indonesia yang beradab serta seimbang antara budi dan pekerti.

Lalu, sebagai pemimpin pembelajaran, seorang guru harus mampu mengambi tindakan jelas dan nyata dalam turut serta mewujudkan segala cita-cita yang terkandung dalam filosofi pendidikan KHD tersebut. Tiada lain dan bukan, yaitu dengan cara yang mulia dan berjuang dengan tenaga yang menggali potensi diri untuk memahami segala kodrat yang ada, yaitu kodrat diri anak, kodrat zaman, dan kodrat alam. Sehingga segala upaya yang dilakukan dengan tetap berada dalam rel Patrap Triloka bukan sebuah hal kemungkinan jika cita-cita Bapak Pendidikan itu akan terus membumi, bersemai dan terus tumbuh di pinggiran kota ini.

Nilai-nilai positif yang telah tertanam dalam diri yaitu: Mandiri, Reflektif, Kolaboratif, Inovatif, dan berpihak kepada murid merupakan lima poin penting bagi guru sebagai pemimpin pembelajaran. Mengimplementasikan kelima nilai tersebut merupakan tahapan untuk mewujudkan langkah konkrit demi turut serta dalam mewujudkan profil pelajar Pancasila. Guru sebagai garda terdepan dalam pendidikan tidak hanya berfokus sebagai pemimpin pembelajaran, tetapi juga menggerakkan diri serta lingkungan sekolah agar dapat mewujudkan sekolah yang berpihak kepada murid.

Seorang pemimpin pembelajaran seorang guru harus mampu mandiri dan reflektif dalam setiap keputusan yang diambilnya baik di kelas maupun saat berada dalam komunitas dan rekan sejawatnya. Kemudian mampu berkolaborasi dengan setiap komponen di sekolah dan komunitas sehingga segala keputusan yang diambil tidak berdasarkan kehendak dan sikap atau berpikir egosentris.

Selain itu sebagai pembelajar sejati seorang guru untuk dinamis sehingga mampu menggali kreativitasnya dan  selalu mencari model dan metode pembelajaran yang benar-benar berpihak kepada murid.

Dengan demikian nilai-nilai positif dalam seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran saling mendukung dan mendukung 3 prinsip dalam pengambilan keputusan atau penyelesaian dilema, yang harus ditentukan Berpikir Berbasis Akhir, Berpikir Berbasis Peraturan ), atau Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Berpikir Berbasis Peduli)? 

Selanjutnya, sebagai pemimpin pembelajaran seorang guru juga mampu menemukan kemampuan murid sejawat dalam komunitasnya. Sebagai seorang pelatih guru mampu untuk memberi respons yang sangat hangat dan bersahabat. Hal ini sebagai sikap sikap berkomunikasi secara tegas sehingga membangun kualitas dengan coachee (murid) tampak sangat positif. Kemudian coach menjadi pendengar yang aktif, lalu bertanya dengan menggiring agar terciptanya umpan balik yang positif pula. Sehingga dalam percakapan/diskusi (antara guru-murid) tersebut ada masalah/kesepakatan bersama dalam pemahaman masalah dan solusinya.

          Upaya memberdayakan keterampilan dasar coaching, melalui penerapan pendekatan/model TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi, Tanggung jawab) diharapkan mampu menggali paradigma berpikir ketika menghadapi masalah yang dialami baik oleh rekan sesama pendidik di sekolah dan komunitas maupun murid di kelas. Dengan menguasai keterampilan coaching diharapkan akan mampu berperan sebagai coach yang mampu menggali potensi yang dimiliki murid maupun rekan sejawat yang memerlukan dukungan.

Tetapi dalam menjalankan praktik coaching sebuah prisip yang mendasar harus diingat dan diterapkan, yaitu membangun kemitraan yang setara. Baik terhadap murid maupun rekan sejawat. Sehingga penerapan coaching akan sejalan dengan konsep pengambilan dan pengujian keputusan.

Dalam pembahasan kasus yang fokus pada masalah moral atau etika, seorang guru harus benar-benar menerapkan konsep pengambilan dan pengujian keputusan. Dalam menghadapi sebuah kasus Langkah perama yang harus dilakukan adalah dengan menerapkan 9 konsep dasar pengambilan dan pengujian keputusan.

Tentukan dengan jelas, apakah dalam kasus tersebut ada nilai-nilai yang bertentangan, pihak-pihak terkait yang terlibat, kemudian fakta-fakta yang ditemukan? Selanjutya mengidentifikasi permasalahan/ kasus terlebih dahulu. Apakah termasuk ke dalam Bujukan Moral (benar vs salah) atau Dilema Etika (benar vs benar)? Dalam pelaksanaan tersebut terlebih dahulu terlebih dahulu uji legalitas, uji regulasi/standar profesional, uji intusi, uji publikasi halaman depan koran, terakhir dengan uji panuta/idola.

Jika identifikasi sudah dilaksanakan barulah melangkah untuk menentukan 4 paradigma, yaitu Individu lawan masyarakat (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term). Kemudian tentukan 3 prinsip resolusi penyelesaian dilemma. Selanjutnya lakukanlah investigasi opsi trilema, buat keputusan, diakhiri dengan refleksi terhadap keputusan yang telah ditentukan.

 

 

Dengan pengambilan keputusan yang tepat melalui Langkah-langkah penentuan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 konsep pengambilan dan pengujian keputusan, maka diharapkan akan mampu menciptakan lingkungan positif, kodusip, aman dan nyaman. Sehingga iklim yang baik ini akan menghadirkan Budaya Posistif baik di sekolah ataupun di kelas. Untuk menciptakan lingkungan positif, kodusif, aman dan nyaman di sini perlu adanya kolaborasi/kerjasama semua warga/ komponen di sekolah.

Dalam menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini tentunya tidak akan berjalan mulus begitu saja. Ada kemungkinan akan menghadapi hambatan atau kesulitan saat penerapannya. Tentu saja kita sebagai guru harus mampu dalam menyikapi segala permasalahan dengan kepala dingin dan melakukan segala upaya yang dapat dilakukan.

Segala pengambilan keputusan yang terkait dengan pembelajaran atau pengajaran di sekolah/kelas tentunya harus berhubungan dengan upaya nyata dalam memerdekakan murid-murid. Di antaranya adalah dengan membuat kesepakatan kelas, membuat peta kebutuhan murid, merencanakan pembelajaran berdiferansiasi dan kompetensi sosial emosional. Sehingga semua murid akan mampu mengembangkan kompetensinya sehingga mampu tergali dengan maksimal.  Hal ini tentunya untuk seiring dengan cita-cita luhur bangsa ini demi terwujudnya Profil Pelajar Pancasila dan merdeka belajar yang sesungguhnya.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran dalam setiap mengambil keputusan, guru harus dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya. Upaya maksimal dengan dalam penggalian kompetensi yang dimiliki anak kemudian meyakinkan mereka dengan terus memberi teladan, membimbing, memberikan motivasi serta dorongan kuat, maka hal ini akan membuat murid semakin tergali rasa percaya dirinya.

Dari seluruh pemaparan di atas, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa sebagai pemimpin pembelajaran maka sebuah langkah besar harus diambil oleh seorang guru penggerak. Keputusan yang diambil berdasarkan kejernihan hati, kemudian dilakukan aksi nyata yang diiringi dengan  keikhlasan dan usaha sadar, maka hal itu akan menghasilkan sebuah karya besar. Benih-benih Pelajar Indonesia yang berjiwa Pancasila akan bermunculan, kemudian tumbuh dan berkembang di seluruh penjuru negeri dua pertiga udara ini. Sebuah rumah besar yang bernama Indonesia ini akan menjadi rumah indah yang memerdekakan belajar. Selamat berkarya, salam Bahagia!



Cianjur, 14 September 2021

4 komentar:

  1. Aku suka sekali... Artikel yg berbobot. Langkah pengambilan keputusan yg luar biasa. 9 langkah, 3 paradigma dan 4 prinsip pengambilan keputusan. Luar biasa pa Guru.

    BalasHapus
  2. Artikelnya bagus pak dedi. Lengkap dan mudah dipahami

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Bunda Susan. Semoga berkenan menikmati tulisan yang lainnya juga. Salam bahagia!

      Hapus