DISENGAT
SERANGGA
Oleh: Dedi
Saeful Anwar
Setiap
kita tentu tidak ada yang pernah tahu apa yang akan terjadi dan akan kita
alami. Termasuk kecelakaan sekecil apapun walau kita sudah berhati-hati dan
waspada, jika Allah SWT sudah berkehendak tentu tiada seorang pun yang bisa
menghindar.
Seperti
yang kualami pada hari Senin pagi pada 19 Mei lalu. Pagi itu seperti biasa,
saya berangkat menuju sekolah untuk mengajar. Jarak dari rumah ke sekolah
-sebuah MTs yang berjarak + 7 km dari rumah - cukup memakan waktu 30-45 menit di perjalanan
karena kondisi jalan yang lebih banyak rusak parahnya.
Namun
belum sampai setengah dari perjalanan, sebuah momen yang tak pernah terpikirkan
dan terbayangkan tiba-tiba terjadi dengan cepat. Saat motor-ku melaju cukup kencang
dan akan melewati sebuah tikungan tiba-tiba seekor serangga yang sukup besar, jatuh
menempel tepat di kulit tangan kiri di antara jempol dan pergelangan. Dia
langsung menancapkan gigtannya pada kulit tanganku yang bersarung tangan tebal
warna coklat.
Sontak
saja aku sangat kaget dan kesakitan. Reflek kukibaskan tangan kiri-ku. Sarung
tangan pun terlepas dan terbawa angin ke belakang. Stang motorku sedikit oleng,
karena rasa sakit dan panas di tangan kiri mulai terasa. Aku segera menepikan
motor ke bahu jalan sebelah kiri. Nampak bekas gigitan searangga memerah dan
tanganku langsung bengkak.
Aku
meringis dan beberapa saat berusaha menghisap bagian tangan yang tergigit demi mengurangi
rasa sakit. Berharap pula agar racun dari tanganku bisa terbuang dengan air liurku.
Kumatikan mesin motor sambil mulut tetap berusaha menghisap luka di tangan, aku
mengambil sarung tangaku yang terbawa
angin kira-kira sejauh 10 meter di belakang motor-ku.
Tapi
bersyukur saat itu jalanan nampak sepi, tiada satu pun kendaraan baik roda dua
atau empat berada di depan dan di belakangku. Jadi saat roda dua-ku oleng, aku
dengan mudah menghentikan dan menepikan motor.
Beberapa
menit kuhabiskan waktu, berusaha menghilangkan rasa sakitku. Namun sepertinya
racun dari serangga itu berhasil membuat tanganku bengkak dan kemerahan.
Rasanya gatal dan panas. Aku berusaha meneruskan perjalananku menuju sekolah
sambil meringis dan sesekali berhenti untuk menghisap luka di tanganku.
Sesampainya
di sekolah, aku tidak keburu mengikuti upacara pengibaran bendera karena waktu
banyak terbuang di jalan. Sebelum memasuki ruang kelas 7A –seperti biasa jadwal
perama hari Senin, aku sempatkan mencari obat di kotak P3K.
Ternyata
hanya ada alkohol dalam sebuah botol plastik kecil. Kemudian kukompres luka bengkak di tangan kiri itu
menggunakan tisu. Beberapa saat tanganku yang awalnya terasa panas dan gatal,
berangsur hilang. Bengkaknya pun menjadi kempis dengan cepat.
Walau
bisa melanjutkan tugas, namun hari itu aku mengajar sedikit terganggu karena
rasa gatal dan panas di tangan kembali terasa selama mengajar.
***
Sesampainya
di rumah istriku memberikan salep anti bakar yang dahulu pernah kubeli dan
kugunakan saat kulit leherku terbakar panas matahari ketika menjadi juri sebuah
lomba senam.
Rasa
panas di tangan kiri-ku sampai hari Rabu masih saja terasa. Baru pada hari
ke-empat- Kamis, rasa panasnya sudah hilang namun gatalnya masih saja betah dan
terasa.
Menginjak
hari Sabtu, rasa panas dan gatal itu benar-benar hilang. Hanya bekas gigitannya
yang menghitam masih nampak hinggga hari Minggu.
Kini,
di hari Senin, tepat delapan hari setelah digigit serangga itu, semuanya telah
kembali normal. Kalau Allah SWT sudah berkehendak, apa pun bisa terjadi.
Senin, 19 Mei
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar