BISIKAN DAUN
KERING
(Mengenang
Almarhum “Mulyoto M”)
Oleh:
Dedi Saeful Anwar
Dua
hari yang lalu, saat melaju dengan kendaraan roda dua, saya dikejutkan dengan
sehelai daun kering yang jatuh dari sebuah ranting tepat di depan roda depan.
Dan pagi hari ini selembar daun kering kembali jatuh dan tepat menerpa wajahku, saat
berkendaraan lagi. Di jalan yang sama pula. Entahlah, saat itu aku tiba-tiba
saja ingin membuka kaca helm yang kukenakan. Aneh. Aku merasakan seperti ada
sesuatu yang menggetarkan dalam hati, namun aku tepis perasaan itu karena waktu
sedang kukejar.
Sepulang
dari tempat tugas, di jalan itu kembali ada perasaan aneh. Kenapa tiba-tiba
teringat daun yang jatuh itu langsung teringat dengan sebuah kematian. Selama
di perjalanan saya berdzikir untuk sekadar menenangkan hati, semoga tidak ada
saudara yang mengabarkan berita duka.
Sesampainya
di rumah, sambil istirahat kunyalakan televisi. Tatapanku memang menuju tv,
tapi tidak fokus apa yang saya tonton. Malah pikiran ini masih teringat pada
daun yang jatuh itu. Jangan-jangan ada berita buruk hari ini. Entah dari mana
perasaan aneh itu, dan tiba-tiba kerinaat kematian lagi.
Aku
memang sering menjadikan daun kering sebagai objek dalam beberapa puisi atau
tulisanku lainnya berupa cerpen. Lagi pula tidak kali ini saja saya melihat
daun terjatuh dari ranting sebuah pohon. Sangatlah sering. Tapi kenapa hari ini
perasaan itu lain yang kurasakan.
Karena
pikiranku tidak fokus nonton, akhirnya tanganku mengambil HP dan mulai masuk ke
akun jejaring sosial (facebook). Hal
yang jarang kulakukan di siang hari. Sejurus mataku tertuju pada sebuah status
milik seorang teman dari Cilegon, Ade Ubaidil dengan kalimat seperti ini:
===
Innalilahi wainnailahi raajiun...
Masih belum percaya dng berita meninggalnya Mas Mulyoto M. padahal kemarin
masih inbox'an tentang antologi bersama.Mudah-mudahan amal ibadahnya diterima
Allah SWT dan keluarga yg ditinggalkan diberikan ketabahan. Aamiin... Satu lagi
kawan penulis kembali dalam keharibaanNya T.T
#Shock
#Shock
===
Deg!
Sesaat
aku langsung diam dan membaca ulang berita itu. Mulutku kelu, jemari pun diam
begitu saja. Kepergian seorang rekan dalam dunia kepenulisan berpulang dengan tiba-tiba
tentu menerbitkan rinai di kedua bola mata ini. Aku mengenalnya belum terlalu
lama, berjumpa langsung pun belum pernah. Namun tidak lantas perkenalan yang
singkat itu tidak mengguratkan duka mendalam. Ada karya tulisku dalam beberapa
antologi yang sebuku dengan karya tulis beliau yang selalu inspiratif.
Status
yang beliau tulis di media sosial (facebook)
pun selalu menumbuhkan rasa penasaranku untuk membacanya dan terkadang
kuberikan komentar karena memang menarik untuk disimak. Terakhir yang kubaca
adalah masalah keikutsertaan putrinya yang mengikuti Lomba
Menulis Cerpen Tingkat SMP se-Kota Mojokerto.
Seandainya
aku memahami bisikan daun kering itu, aku tidak akan kelu seperti ini.
Selamat
jalan Mas/Pak Mulyoto M. I proud of you.
Cianjur, 15 Maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar