SAYA
DAN BUKU
(Memperingati Hari Buku
Sedunia, 23 April 2014)
Orang
bijak mengatakan bahwa buku adalah jendela dunia. Buku merupakan sumber ilmu.
Dengan buku kita bisa tahu segalanya. Tapi bagi saya buku bisa menjadi teman
setia. Teman di kala kesepian dan dia mampu membunuh rasa sepi itu. Buku bisa
menghilangkan rasa bosan. Buku adalah sumber inspirasi.
KEGIATAN MEMBACA BUKU
SAAT KECIL.
Kegemaran
saya dalam membaca buku entah sejak kelas berapa. Namun yang masih diingat
saat di sekolah dasar saya sering membaca buku-buku cerita bergambar di
perpustakaan sekolah. Jenisnya beragam seperti kisah kerajaan Majapahit atau Kisah Ken Arok. Terkadang juga buku legenda seperti Bawang Merah Bawang
Putih, Sangkuriang, dll.
Bila menjelang bulan puasa, salah seorang kakak laki-laki saya pernah membawakan
buku-buku dari Madrasah yang mengadakan kegiatan pesantren kilat.
Buku-buku itu berisikan kisah para nabi atau kisah para pejuang Islam yang
menegakkan kebenaran. Dan yang paling berkesan bagi saya saat itu adalah ketika
membaca kisah heroik Ashabul Kahfi. Bahkan kisah mereka
sampai saat ini masih sangat membekas dan selalu ada kerinduan untuk membacanya
lagi.
Namun
suatu ketika entah dari mana awalnya, saat itu saya mulai mengenal dan membaca
buku-buku dongeng karangan HC. Andersen. Pengarang cerita anak terkenal dari negara
Denmark. Entah berapa puluh judul buku dongeng karangan dia yang saya baca
ketika itu. Hingga ada sebuah bukunya yang paling berkesan dan saya ingat
hingga kini. Kisahnya tentang sorang miskin yang sifatnya penyabar hingga
hidupnya berubah menjadi kaya raya akibat mendapatkan uang emas dari mulut
seekor patung singa.
Namun
tokoh antagonis dalam kisah tersebut adalah tetangganya yang tamak. Dia mati
mengenaskan di mulut patung singa itu, karena dia tidak ingin patung singa itu
berhenti mengeluarkan uang emas. Hingga saat dia merogoh sisa uang emasnya dari
mulut singa itu tiba-tiba mulut patung singa itu menutup yang mengakibatkan
tangan si tamak itu terjepit.
KEGIATAN MEMBACA BUKU
SAAT REMAJA.
Seiring
bertambahnya usia jenis buku yang dibaca mulai beragam. Tetapi sejak memasuki
dunia remaja (SMP dan SLTA) intensitas membaca buku menjadi berkurang. Saat itu
mulai mengenal majalah dan koran. Majalah Mangle (berbahasa Sunda) adalah
sumber bacaan yang cukup menjadi pavorit saat itu. Kebetulan kakak ipar saya ketika
itu berlangganan.
Sedangkan
jenis surat kabar yang sering dibaca adalah Pikiran Rakyat. Koran itu sering
dibaca di mading sekolah saat di SMP dan SLTA. Sedangkan jenis novel yang
sempat menjadi perbincangan saya dan teman-teman adalah buku LUPUS karya Hilman
Hariwijaya.
Mengenai
buku-buku sastra, entahlah. Mengapa saat itu saya sangat jarang sekali membaca?
Entah mungkin pelajaran sastra saat itu tidak terlalu ditekankan oleh guru,
atau memang saya dan siswa-siswa lainnya memang tidak menyukai buku-buku sastra.
Seingat saya teman-teman sekolah pun sangat jarang di antara mereka yang kebetulan
kepergok sedang membaca atau sekadar membawa buku sastra di tangannya. Tapi entah
kalau di rumah mereka sendiri atau di belakang tanpa sepengetahuan saya. Namun yang
jelas saya tidak pernah meminjam buku-buku sastra dari teman atau bahkan sekadar
ditawari mereka. Saya malah lebih sering membaca cerpen dan puisi-puisi ketika
membaca koran di majalah dinding sekolah.
Menginjak
usia dewasa dan memiliki penghasilan sendiri setelah memasuki dunia kerja, mulailah
kegiatan membaca buku meningkat. Baik itu dengan membeli buku-buku baru maupun
sekadar membaca di beberapa perpustakaan yang dikunjungi hingga meminjamnya
dengan kartu anggota dan dibaca di rumah.
Jenis
bukunya pun beragam semua dilahap selama itu menarik dan saya enjoy membacanya.
Selain buku saya juga sering membeli beberapa koran dan tabloid baik terbitan
daerah maupun nasional. Juga terkadang membeli berbagai majalah. Baik berbahasa
daerah (Sunda) maupun berbahasa Indonesia. Pernah
pula yang berbahasa Inggris seperti The
Jakarta Post, Majalah Hello,
maupun Times. Walaupun kemampuan berbahasa
Inggris saya sebenarnya sangat minim, namun dengan hal itu saya berharap
meningkatakan wawasan khususnya kosa-kata berbahasa Inggris (bukan untuk gengsi
atau sekadar ingin gaya).
Untuk
urusan membeli buku atau majalah, tak jarang saya sering mengunjungi daerah Palasari,
Cikapundung, sekitar Palaguna (di depan Masjid Agung Bandung) atau Jalan Dewi Sartika.
Di daerah itu sudah terkenal menyediakan buku-buku murah. Walau sesekali ke
toko buku yang besar di kota Bandung saat itu.
KEGIATAN MEMBACA BUKU
SAAT INI.
Sekarang
ini dalam kegiatan membaca buku saya musti bagi-bagi waktu dengan kegiatan
lain, terutama bekerja. Saat membaca buku, saya menggunakan waktu dan tempat
membacanya sering tergantung mood atau tergantung jenis bukunya. Bisa ditemani secangkir
minuman dan camilan, bisa juga tidak sama sekali. Tentu hal ini akan berbeda
dengan orang lain.
Saat
membaca sebuah novel terkadang saya menjauhkan minuman dan camilan itu, dengan
alasan hal itu sedikit mengganggu konsentrasi. Apalagi novel yang dibaca sangat
menguras emosi dan membutuhkan konsentrasi dalam mengikuti alur cerita. Waktu
yang digunakan biasanya sore hari atau pada malam hari. Sebuah novel kadang
dilahap kurang dari seminggu, atau bahkan lebih dari seminggu tergantung
situasi. Tapi seringnya kurang dari seminggu. Tapi setelah itu buku tersebut
langsung jadi penghuni rak buku. Hampir tak pernah disentuh lagi. Namun
pengaruh isi ceritanya bisa memenuhi ruang pikir hingga beberapa bulan bahkan
bertahun-tahun.
Untuk
buku-buku jenis motivasi paling nyaman di baca pagi hari sebelum berangkat
kerja walaupun hanya beberapa lembar atau beberapa menit saja. Terkadang bisa
membacanya sepulang kerja sambil melepas lelah. Namun buku-buku seperti ini intensitas
membacanya cukup sering walau hanya sedikit-sedikit atau beberapa lembar saja.
Andai pun menjadi penghuni rak buku biasanya mereka sering diambil dan dibaca
kembali. Sedangkan buku-buku jenis lainnya seperti pengetahuan umum atau
keagamaan saya membacanya tergantung keperluan. Jadi intensitasnya tergantung
situasi.
Namun
akhir-akhir ini saya menjadi lebih sering membaca buku-buku sastra lainnya selain
novel, yaitu buku puisi dan kumpulan cerpen. Selain itu juga beberapa buku
esai. Hal ini tidak terlepas sejak kiprah saya mengikuti beberapa iven menulis
di media sosial (facebook) sejak akhir 2012 lalu.
Jadi
kalau dulu hanya membaca saja, kini kegiatan membaca berusaha diimbangi dengan
menulisnya. Sekadar memotivasi diri sendiri, lebih bersyukur lagi jika hal
positifnya menular kepada orang lain.
Selamat
membaca!
Cianjur, 23 April 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar