BEDAH BUKU SENYUM NOLINA

BEDAH BUKU SENYUM NOLINA
KUMPULAN CERPEN "SENYUM NOLINA" karya Dedi Saeful Anwar ini sudah bisa dipesan. Harga Rp38.000 (belum ongkir). [Info pemesanan dan penerbitan di FAM Publishing hubungi Call Centre 0812 5982 1511, atau via email forumaktifmenulis@yahoo.com, dan kunjungi web kami di www.famindonesia.com]

Kamis, 02 Januari 2014

[artikel] MAKNA TAHUN BARU





MAKNA TAHUN BARU
Oleh: Dedi Saeful Anwar

            Sudah menjadi tradisi yang tidak bisa dielakkan lagi di sebagian besar kalangan masyarakat bangsa ini berpesta pora merayakan “Pesta Tahun Baru”. Seperti bangsa lainnya di belahan dunia yang menganut paham hidup bebas. Orang-orang berkeliaran hampir di setiap ruas jalan. Mereka ada yang membawa dan menyalakan berbagai jenis kembang api. Sebagian lagi meniup terompet hingga pipinya kembung. Bahkan tak sedikit pula yang lebih anehnya lagi, yaitu berpesta minuman keras!
Mulai dari anak-anak yang diajak orang tuanya, remaja ababil (ABG labil) hingga orang dewasa. Mereka semua berpesta demi menyambut pergantian tahun yang hanya dalam hitungan detik. Bila jarum jam berada tepat di angka 00:00 semua berteriak “Happy New Year” terompet dibunyikan dan petasan/kembang api di ledakkan. Hotel-hotel berlomba menghadirkan para pesohor terbaik dari dalam negeri hingga mancanegara. Semua demi pergantian tahun baru.
Sungguh jelas, sebuah gaya hidup hedonisme yang sia-sia. Sebuah gaya hidup yang bersebarangan dengan ajaran agama Islam yang mayoritas dianut bangsa ini. Ironis sekali!
Yang menjadipertanyaan, apakah mereka (yang merayakan pesta tahun baru) ini tidak tahu kemudaratan yang mereka lakukan? Atau mereka menutup mata dan telinga dengan apa yang diajarkan ajarannya. Saya yakin para peniup terompet dijalan saat pesta tahun baru itu adalah sebagain besarnya ummat Islam. Lain soal dengan yang non muslim. Lalu, sejauh mana mereka mamahami ajaran agamanya.
Saya kira, akan lebih pantas dan bermanfaat jika kita (ummat muslim) berada di mesjid, atau paling tidak berkumpul dengan keluarga di rumah. Berdoa dan bermunajat. Bermuhasabah diri. Apa yang sudah dilakukan kita selama setahun kemarin? Perbuatan baik dan buruk apa yang sudah kita lakukan? Lebih banyak amalan apa yang sudah kita lakukan, baik atau buruk?
Bahkan saya mendengar berita, ada seorang tua yang mendapat musibah saat perayaan tahun baru kemarin (2014) mungkin juga ada di tempat lain yang tidak sempat diberitakan. Kebetulan istri saya bekerja di sebuah ruangan bedah di Rumah Sakit. Dia mengatakan ada seorang laki-laki dewasa yang tangannya terbakar saat menyalakan kembang api, tepat di malam pesta tahun baru itu. Tangan kanannya harus dioperasi karena lukanya cukup parah akibat ledakan kembang api yang tidak meluncur ke udara namun meledak di tangannya itu. Sehingga memerlukan biaya kurang lebih sepuluh juta rupiah. Itu sudah termasuk biaya operasi, perawatan dan obat-obatan.
Nah, dari contoh kejadian di atas, tentu sudah bisa menjadi tolok ukur bahwa perayaan pesta tahun baru itu lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya. Sebuah kembang api yang menghadirkan kilauan cahaya indah dengan harga puluhan atau ratusan ribu saja, tapi taruhannya nyawa dan biaya puluhan juta rupiah. Silahkan mau memilih mana?
Namun demikian, hal ini diserahkan pada keyakinan kita masing-masing. Tentunya saya menilai hal ini dari sudut pandang keyakinan yang saya yakini.
Wallahu a’lam bish-shawabi. 
Cjr, Jan’14

Tidak ada komentar:

Posting Komentar