Mamah Tati sedang memberikan contoh Papatat dan Kawih Panambih
BERTEMU DAN
MENIMBA ILMU LANGSUNG DARI PARA INOHONG
(Catatan Hari
ke-dua Diklat Kecapi)
Oleh:
Dedi Saeful Anwar
Seperti
dalam mimpi saja. Bagaimana tidak? Bila kita sering melihat orang-orang hebat
dan kita kagumi hanya sering kita lihat di layar kaca atau profil mereka kita
baca di media massa, lalu tiba-tiba hadir di hadapan mata dengan nyata. Mereka
hanya berjarak beberapa meter saja.
Kalau saya seorang ABG labil yang tiba-tiba berjumpa dengan idolanya,
mungkin sudah berteriak lebay sambil nangis-nangis, atau mungkin jatuh pingsan
akibat berdesakan dan kehabisan oksigen.
Seperti
itulah kira-kira suasana hati saya saat mengikuti diklat memainkan kecapi pada
hari ke-dua. Materi yang disajikan adalah menyimak sejarah Mamaos sebutan lain
dari seni tembang Sunda Cianjuran. Sebuah pengalaman luar baisa, yang tak pernah
saya duga sebelumnya.
Selain
mendengarkan sejarah Mamaos dari budayawan Bpk. Hasan Wiradirja, peserta diklat
juga berkali-kali mendengarkan Papatat dan Kawih Panambih dari suara
emas maestro Mamaos yaitu Ibu Tati. Papatat yang berarti Papatokan merupakan
salah satu tembang yang paling sederhna untuk belajar seni tembang Mamaos/Cianjuran.
Sementara kawih panambih, merupakan tembang larapan setelah Papatat.
Namun
tidak hanya mendengarkan saja, peserta diklat juga berkesempatan untuk berlatih
langsung Papatat dan Kawih Panambih tersebut yang langsung dipirig/diiringi
oleh suara kecapi yang dimainkan oleh Kang Iwan dan Kang Dedi Supriyadi.
Di
hari ke-dua pelatihan kali ini semua perserta dibekali “Metode Penggabungan Jemari
Tangan Kiri dan Kanan” dalam memetik dawai kecapi. Namun sebelum semua lancar,
para peserta difokuskan terlebih dahulu untuk berlatih dengan menggunakan jari
tangan kiri. Seperti yang telah disebutkan pada kegiatan hari pertama (Rabu, 14
Mei 2014) peserta berlatih menggunakan jemari tangan kanan terlebih dahulu..
Dalam
menggunakan jemari tangan kiri semua peserta diklat harus paham dan mampu
memainkan semua kunci nada. Mulai dari kunci 3, 4, 5 ,6 dan 7. Namun karena
pelatihan hanya berlangsung selama 4/empat hari dan hal ini dianggap akan membebani,
panitia mengarahkan para peserta untuk melancarkan petika pada Kunci Nada 5 dan
7, sebagai bahan untuk ujian pada hari ke-empat (terakhir).
SEJARAH
SINGKAT MAMAOS
Dahulu,
pada kongres Bahasa Sunda tahun 1932, muncul beberapa tembang Sunda. Di
antaranya ada Cigawiran, Ciawian, Cirebonan dan Cianjuran. Namun entah
bagaimana kini yang muncul dan terdengar gaungnya hingga mancanegara hanya seni
tembang Cianjuran.
Tembang
adalah berupa sekar irama merdika,
artinya tidak terikat pada ketukan/birama/wirahma. Sedangkan Kawih adalah sekar
tandak nu kauger birama (terikat ketukan).
Seni
tembang Mamaos banyak ditulis dan diciptakan oleh Dalem Pancaniti (RAA.
Kusumaningrat VIII). Beliau adalah ayahanda dari Rd. Prawiradirja II. Kemudian
Rd. Ece Majid yang merupakan salah satu keluarganya, berhasil menyebarluaskan
seni tembang Mamaos ke seluruh Jawa Barat. Kini makamnya berada di daerah Kebon
Salak. Demikian sejarah singkat yang diutarakan oleh Bpk. Hasan Wiradirja pada
Pelatihan hari ke-dua kali ini.
Selanjutnya
beliau mengutarakan kekecewannya bahwa saat ini masyarakat Cianjur sendiri
justru kalah bersaing dalam prestasi seni tembang Mamaos ini, jika dibandingkan
dengan para seniman dari luar Cianjur. Hal ini merupakan sebuah kekhawatiran
yang patut disikapi oleh semua masyarakat Cianjur.
Bahkan,
di Negeri Kincir Angin sudah berdiri sebuah perkumpulan tembang Sunda Mamaos. Juga
tak sedikit orang-orang asing seperti dari Amerika, Jepang, dan Australia yang
banyak belajar salah satu kesenian kebanggaan dan asset warga Jawa Barat bahkan
Nasional ini.
Bpk. Hasan Wiradirja
Di
akhir penjelasannya Bpk. Hasan Wiradirja mengharapkan bahwa melalui pelatihan
ini diharapkan akan lahir para pamirig/pemain kecapi yang handal, sehingga seni
tembang Mamos akan tetap nanjeur (ada
dan terus berkembang).
Berikut
saya tuliskan salah satu lirik dari Papatat dan Kawih Panambih
PAPATAT
Daweung diajar
ludeng
Pusaka dayeuh
Cianjur
Kawitna ti
Cibalagung
Cibalagung
kantun suwung
Nya ngalih ka
Pamoyanan
Pamoyanan kantun
ngaran
Nya ngalih ka
tebeh wetan
Badak putih
tetenggerna
Dugi ka ayeuna
pisan
BONGAN BANGKONG
Bongan bangkong,
dunungan da
bongan bangkong
ka cai mah, ka
cai
teu dimandian
bongan bohong
dunungan da
bongan bohong
pasini mah, duh
teu dijadikeun
kuma suling
dunungan da kuma
suling
suling teh ngan
silung bae
kuma kuring
dunungan da kuma
kuring
kuring teh ngan
bingung bae
duh....
da bingung
bae...
Cianjur,
15 Mei 2014
Inohong = Pakar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar