BEDAH BUKU SENYUM NOLINA

BEDAH BUKU SENYUM NOLINA
KUMPULAN CERPEN "SENYUM NOLINA" karya Dedi Saeful Anwar ini sudah bisa dipesan. Harga Rp38.000 (belum ongkir). [Info pemesanan dan penerbitan di FAM Publishing hubungi Call Centre 0812 5982 1511, atau via email forumaktifmenulis@yahoo.com, dan kunjungi web kami di www.famindonesia.com]

Senin, 19 Mei 2014

[ARTIKEL] BERTEMU DAN MENIMBA ILMU LANGSUNG DARI PARA INOHONG

Mamah Tati sedang memberikan contoh Papatat dan Kawih Panambih


BERTEMU DAN MENIMBA ILMU LANGSUNG DARI PARA INOHONG
(Catatan Hari ke-dua Diklat Kecapi)
Oleh: Dedi Saeful Anwar

Seperti dalam mimpi saja. Bagaimana tidak? Bila kita sering melihat orang-orang hebat dan kita kagumi hanya sering kita lihat di layar kaca atau profil mereka kita baca di media massa, lalu tiba-tiba hadir di hadapan mata dengan nyata. Mereka hanya berjarak beberapa meter saja.  Kalau saya seorang ABG labil yang tiba-tiba berjumpa dengan idolanya, mungkin sudah berteriak lebay sambil nangis-nangis, atau mungkin jatuh pingsan akibat berdesakan dan kehabisan oksigen.
Seperti itulah kira-kira suasana hati saya saat mengikuti diklat memainkan kecapi pada hari ke-dua. Materi yang disajikan adalah menyimak sejarah Mamaos sebutan lain dari seni tembang Sunda Cianjuran. Sebuah pengalaman luar baisa, yang tak pernah saya duga sebelumnya.
Selain mendengarkan sejarah Mamaos dari budayawan Bpk. Hasan Wiradirja, peserta diklat juga berkali-kali mendengarkan Papatat dan Kawih Panambih dari suara emas maestro Mamaos yaitu Ibu Tati. Papatat yang berarti Papatokan merupakan salah satu tembang yang paling sederhna untuk belajar seni tembang Mamaos/Cianjuran. Sementara kawih panambih, merupakan tembang larapan setelah Papatat.
Namun tidak hanya mendengarkan saja, peserta diklat juga berkesempatan untuk berlatih langsung Papatat dan Kawih Panambih tersebut yang langsung dipirig/diiringi oleh suara kecapi yang dimainkan oleh Kang Iwan dan Kang Dedi Supriyadi.
Di hari ke-dua pelatihan kali ini semua perserta dibekali “Metode Penggabungan Jemari Tangan Kiri dan Kanan” dalam memetik dawai kecapi. Namun sebelum semua lancar, para peserta difokuskan terlebih dahulu untuk berlatih dengan menggunakan jari tangan kiri. Seperti yang telah disebutkan pada kegiatan hari pertama (Rabu, 14 Mei 2014) peserta berlatih menggunakan jemari tangan kanan terlebih dahulu..
Dalam menggunakan jemari tangan kiri semua peserta diklat harus paham dan mampu memainkan semua kunci nada. Mulai dari kunci 3, 4, 5 ,6 dan 7. Namun karena pelatihan hanya berlangsung selama 4/empat hari dan hal ini dianggap akan membebani, panitia mengarahkan para peserta untuk melancarkan petika pada Kunci Nada 5 dan 7, sebagai bahan untuk ujian pada hari ke-empat (terakhir).

SEJARAH SINGKAT MAMAOS
Dahulu, pada kongres Bahasa Sunda tahun 1932, muncul beberapa tembang Sunda. Di antaranya ada Cigawiran, Ciawian, Cirebonan dan Cianjuran. Namun entah bagaimana kini yang muncul dan terdengar gaungnya hingga mancanegara hanya seni tembang Cianjuran.
Tembang adalah berupa sekar irama merdika, artinya tidak terikat pada ketukan/birama/wirahma. Sedangkan Kawih adalah sekar tandak nu kauger birama (terikat ketukan).
Seni tembang Mamaos banyak ditulis dan diciptakan oleh Dalem Pancaniti (RAA. Kusumaningrat VIII). Beliau adalah ayahanda dari Rd. Prawiradirja II. Kemudian Rd. Ece Majid yang merupakan salah satu keluarganya, berhasil menyebarluaskan seni tembang Mamaos ke seluruh Jawa Barat. Kini makamnya berada di daerah Kebon Salak. Demikian sejarah singkat yang diutarakan oleh Bpk. Hasan Wiradirja pada Pelatihan hari ke-dua kali ini.
Selanjutnya beliau mengutarakan kekecewannya bahwa saat ini masyarakat Cianjur sendiri justru kalah bersaing dalam prestasi seni tembang Mamaos ini, jika dibandingkan dengan para seniman dari luar Cianjur. Hal ini merupakan sebuah kekhawatiran yang patut disikapi oleh semua masyarakat Cianjur.
Bahkan, di Negeri Kincir Angin sudah berdiri sebuah perkumpulan tembang Sunda Mamaos. Juga tak sedikit orang-orang asing seperti dari Amerika, Jepang, dan Australia yang banyak belajar salah satu kesenian kebanggaan dan asset warga Jawa Barat bahkan Nasional ini.


 Bpk. Hasan Wiradirja

Di akhir penjelasannya Bpk. Hasan Wiradirja mengharapkan bahwa melalui pelatihan ini diharapkan akan lahir para pamirig/pemain kecapi yang handal, sehingga seni tembang Mamos akan tetap nanjeur (ada dan terus berkembang).
Berikut saya tuliskan salah satu lirik dari Papatat dan Kawih Panambih

PAPATAT

Daweung diajar ludeng
Pusaka dayeuh Cianjur
Kawitna ti Cibalagung
Cibalagung kantun suwung
Nya ngalih ka Pamoyanan
Pamoyanan kantun ngaran
Nya ngalih ka tebeh wetan
Badak putih tetenggerna
Dugi ka ayeuna pisan



BONGAN BANGKONG

Bongan bangkong,
dunungan da bongan bangkong
ka cai mah, ka cai
teu dimandian

bongan bohong
dunungan da bongan bohong
pasini mah, duh
teu dijadikeun

kuma suling
dunungan da kuma suling
suling teh ngan silung bae

kuma kuring
dunungan da kuma kuring
kuring teh ngan bingung bae
duh....
da bingung bae...

Cianjur, 15 Mei 2014

Inohong = Pakar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar