BEDAH BUKU SENYUM NOLINA

BEDAH BUKU SENYUM NOLINA
KUMPULAN CERPEN "SENYUM NOLINA" karya Dedi Saeful Anwar ini sudah bisa dipesan. Harga Rp38.000 (belum ongkir). [Info pemesanan dan penerbitan di FAM Publishing hubungi Call Centre 0812 5982 1511, atau via email forumaktifmenulis@yahoo.com, dan kunjungi web kami di www.famindonesia.com]

Senin, 12 Mei 2014

[FTS] PENGALAMAN BERSARUNG





PENGALAMAN BERSARUNG

Oleh: Dedi Saeful Anwar
Kain sarung adalah pakaian khas melayu. Kain ini  yang menjadi salah alat untuk beribadah ummat muslim di Indonesia yang dipasangkan dengan kopiah. Banyak lelaki yang salat di masjid maupun rumah masing-masing selalu mengenakan kain ini. Tetapi, kain sarung tidak hanya digunakan untuk beribadah saja. Di negeri yang kaya dengan budaya dan adat istiadat ini, kain sarung telah lama menjadi bagian dari asesoris dalam berpakaian adat beberapa daerah di Indonesia.
Dalam sehari-hari, tidak jarang pula orang yang menggunakan kain sarung ini sebagai pakaian sehari-hari untuk beraktivitas. Sering dijumpai para lelaki mengenakan kain ini untuk sekadar bersantai menikmati istrirahatnya di dalam rumah sepulang kerja. Bahkan tak jarang ada orang yang mengenakan kain ini untuk bepergian seperti ke acara kondangan atau bahkan pergi ke keramaian umum seperti berbelanja ke pasar atau ke Mall.
Hari Jum’at ini, aku baru saja mandi dan siap-siap berangkat ke masjid untuk salat Jumat. Sambil istirahat sejenak kupandangi anak lelakikui yang masih duduk di bangku kelas 2 Sekolah Dasar. Dia  sedang sibuk mengenakan sarungnya yang berwarna cokelat muda. Akhir-akhir ini sering kuperhatikan dia pergi ke masjid mengenakan kain sarung namun luput dari perhatian. Baru kali ini nampak dia kesulitan dan ternyata hasilnya kurang rapi.
“Kakak, kok memakai sarungnya begitu, sini Ayah bantu.” Aku mendekatinya. Dia nampak tersipu. “Iya ni Yah, susah,” rengeknya.
“Begini, lipat dulu sedikit bagian atas ini ke dalam, nah sambungan yang terjahit ini harus pas di dada, lalu tekan oleh dagu,” sambil kuperagakan gerakan itu anakku menyimak dengan serius. Kali ini adalah pengalaman pertamanya dalam bersarung sambil diberi petunjuk.
Sejak disunat pada umur lima tahun-saat masih TK-  anakku tidak pernah mengenakan sarungnya. Dia lebih suka dengan celana panjang yang sudah satu stel dengan pakaian koko-nya (baju muslim). Memang saat ini baju muslim menjadi pilihan bagi anak-anak untuk pergi ke masjid atau madrasah. Selain praktis modelnya juga modis. Namun akibatnya banyak anak lelaki yang menjadi kaku dan kesulitan saat dia mulai berkenalan dengan kain sarung, seperti yang dialami anak lelakiku ini.
Setelah selesai mencoba cara yang kujelaskan, anakku duduk disampingku sambil tersenyum puas. Dia merasa lebih pe-de kali ini.
“Yah, coba lagi ya?” pintanya sembari berdiri dan membuka lipatan sarung.
“Ooh, iya bagus. Biar kakak makin lancar mengenakan sarung dan hasilnya lebih rapi.” Aku semangat dan mengulum senyum.
Saat di perjalanan kumandang azan mulai menggema dari corong-corong pengeras suara. Anakku melangkah tegap di depanku dengan gaya bersarungnya yang baru.
Jumat, 9 Mei 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar