PARA GURU
SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN CIANJUR ANTUSIAS MENGIKUTI DIKLAT MEMAINKAN KECAPI
Oleh: Dedi
Saeful Anwar
Dalam
rangka memeriahkan HUT Kodam III Siliwangi yang ke-68, Pusat Pembinaan dan Pendidikan
(Pusbindik) Kecamatan Cianjur bekerjasama dengan Kodim Cianjur mengadakan
Pendidikan dan Latihan (Diklat) “Metik Kacapi Mamaos. Kegiatan ini diikuti oleh
41 guru Sekolah Dasar di lingkungan Kecamatan Cianjur. Namun sangat
disayangkan, karena SD di Kecamatan
Cianjur berjumlah 72 sekolah. Dengan demikian 31 sekolah tidak mengirimkan utusannya.
Kegiatan
yang dimulai 14 Mei 2014 dan akan berakhir hingga 17 Mei 2014 ini, dibuka
sekaligus diresmikan oleh Kepala Dinas Perhubungan dan Pariwisata (Kadishubpar)
Kab. Cianjur. Beliau mengatakan dalam sambutannya bahwa kegiatan ini diharapkan
tidak hanya untuk guru-guru sekolah dasar saja. Namun diharapkan bisa juga
dilaksanakan untuk gugu-guru di tingkat SMP/MTS, SMA/SMK/MA namun juga diharapkan
dapat diselenggarakan bagi para mahasiswa di perguruan tinggi yang berada di
Kab. Cianjur.
Acara
ini dihadiri pula oleh Budayawan Cianjur Abah Ruskawan, Perwakilan dari Kodim
Cianjur, Ketua PGRI Kec. Cianjur Bapak Lukman Hidayat serta perwakilan dari
Pusbindik Cianjur yang diwakili oleh Pengawas TK/SD Bapak Yaya Suken Sujana.
“Mamaos”
merupakan istilah lain dari seni tembang “Cianjuran”. Istilah Cianjuran merupakan
sebutan untuk seni Mamaos bagi daerah di luar Kabupaten Cianjur, demikian penjelasan
dari Kang Dedi Mulyana, S.Pd.I selaku penyaji materi.
Kang
Dedi Mulyana, S.Pd.I ini adalah pemain kecapi senior yang sudah tidak asing
lagi bagi dunia seni Mamaos di Cianjur- daerah yang terkenal dengan makanan khasnya, yaitu tauco. Beliau
pula yang membuat modul “Metode Pembelajaran Kacapi Indung” dan disampaikan
khusus dalam diklat ini.
Setelah
acara pembukaan, kegiatan di hari pertama diklat ini adalah teknik memainkan
kacapi/kecapi dengan menggunakan jari tangan kanan. Semua peserta diklat
terlihat antusias dalam menyimak materi yang disampaikan oleh pemateri melalui media
infocus. Selain menerima teori para
peserta juga disediakan sebuah kacapi siter yang memiliki 20 dawai/senar. Berbeda
dengan kacapi indung/kacapi gelung yang memiliki 18 dawai/senar.
Walaupun
diklat ini menyajikan materi untuk memainkan “Kacapi Indung”, namun semua
peserta mempraktikannya dengan kacapi siter/kacapi Mang Koko-an. Hal ini bisa
saja walaupun dalam segi teknik memainkannya ada sedikit perbedaan antara “Kacapi
Idung” dengan “Kacapi Siter”, demikian penjelasan lebih lanjut dari pemateri.
Ada
hal yang menarik dalam kegiatan ini. Sebelum acara hari pertama berlangsung,
panitia membagikan “iket”. Iket adalah kain khas Jawa Barat yang dipasangkan di
kepala. Tentu saja hal ini menambah semangat para peserta diklat.
Sebelum
diklat di hari pertama ini berakhir, semua peserta yang terbagi dalam 4
kelompok diuji memainkan kunci nada 5 dan 7 secara bersamaan. Dan pada season
evaluasi para tutor menyimpulkan bahwa para peserta secara keseluruhan telah
mampu memainkan alat kecapi dengan jari tangan kanan walaupun baru beberapa jam
saja mempelajarinya. Namun perlu ditingkatkan lagi dalam hal memainkan tempo,
demikian kesimpulan umum dari para tutor.
Cianjur, 14 Mei 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar