BEDAH BUKU SENYUM NOLINA

BEDAH BUKU SENYUM NOLINA
KUMPULAN CERPEN "SENYUM NOLINA" karya Dedi Saeful Anwar ini sudah bisa dipesan. Harga Rp38.000 (belum ongkir). [Info pemesanan dan penerbitan di FAM Publishing hubungi Call Centre 0812 5982 1511, atau via email forumaktifmenulis@yahoo.com, dan kunjungi web kami di www.famindonesia.com]

Selasa, 31 Desember 2013

PENGUMUMAN 40 CERPEN TERPILIH

PENGUMUMAN 40 CERPEN TERPILIH YANG DIBUKUKAN
DALAM LOMBA CIPTA CERPEN BERTEMA “TKI”

Inilah empat puluh cerpen yang lolos seleksi dan akan diterbitkan oleh FAM Publishing. Ke-40 karya terbaik dari ajang Lomba Cipta Cerpen yang digelar oleh Forum Aktif Menulis (FAM) dengan mengusung tema “TKI” ini berhasil diikuti oleh ratusan peserta.

Nama saya berada pada nomor urut 12!

Berikut daftar para nominator:

1. Anisah Utari, Jakarta Selatan (Lukisan Perempuan di Victoria Park)
2. Anis Swidiastuti, Malang (Tentang Arti Kemerdekaan oleh Diri Sendiri atau oleh Orang Lain)
3. Arina Nur Permata Ilmi, Banyumas (Suratman Ingin Pulang)
4. Arif Rahman Hakim (Pulang)
5. Anugerah Waty, Makassar (Surat Warisan)
6. Ade Ubaidil, Cilegon (Serigala Berbulu Domba)
7. Amiruddin, Sulawesi Selatan (Jalan Pulang)
8. Acet Asrival, Sumatera Barat (Percikan Hujan)
9. Aidil Zulkhan, Riau (Cinta Biru di Taman Kowloon)
10. Biyah Siti Murbiyyah, Jakarta Timur (Korban di Hari Lebaran)
11. Catur Pujihartono, Yogyakarta (Jenasah di Atas Perahu)
12. Dedi Saeful Anwar, Cianjur (Impian Azizah)
13. Erlangga Setiawan, Surabaya (Tentang Wanita yang Dekat Sekaligus Jauh Dariku)
14. Happy Ratna Astuti, Semarang (Pengakuan Surtini)
15. Irhamun, Pulau Punjung (Hujang Ang Pao di Asia)
16. Intan Umyatur Rahmania, Depok (Keputusan)
17. Kasrizal, Jambi (Cita-citaku Kandas di KL)
18. Muhammad Nur Faqih, Jember (Selama Bunga Shaqayeq Mekar)
19. M. Zaini, Martapura (Azimat)
20. Muhammad Riyan Andrianus, DKI Jakarta (Mayat Wanita di Victoria Park)
21. Muhammad Qadhafi, Salatiga (Tuan Bahaya)
22. M. Syamsul Qulub, Gresik (Janji yang Terlupakan di Fukuoka)
23. Muhammad Fadhli, Padang (Jangan Menangis Ning)
24. M. Fitrah Alfian R. S, Tangerang (Siksaan Itu Dapat Kutahan Demi Adik-adikku)
25. Niken Bayu Argaheni, Pati (Epitaf Suryo)
26. Nazri zuliansyah, Aceh Utara (Jejak Pahlawan Devisa)
27. Nurhidayati (Yayang Widia Ningsih)
28. Novaldi Herman, Pekanbaru (Sekantung)
29. Rieka Mustika, Purwakarta (Shalat Mirah)
30. Rendra Pirani, Tangerang (Anak Pribumi di Negeri Orang)
31. Rizka Amalia Fulinda, Purwokerto (Bunga-Bunga Yang Tergadai)
32. Sindi Violinda, Medan (Sampah Tak Selamanya Jadi Sampah)
33. Santi Sumiati, Cianjur (… Untuk Sepasang Jubah Surgawi)
34. Sukamto Prasetyo, Singkawang (Sepenggal Episode Rumah Merah)
35. Suyati, Pasaman Barat (Aku Telah Dipulangkan)
36. Susiati, Malang (Kubunuh Kepercayaanmu, Suamiku!)
37. Titi Haryati, SulSel (Sepucuk Surat Dari Kampung)
38. Wahyu Prihartini, Pasuruan (Surat Terakhir Untukmu)
39. Yusrina Sri Oktaviani, Padang (Seikat Surat)
40. Yazid Nizar Sopian, Cibinong (The Last from Ratna)

Selamat!

CATATAN DARI KPN-IV 2013 BUPERTA CIBUBUR JAKARTA, 9-14 SEPTEMBER 2013



CATATAN DARI KPN-IV 2013
BUPERTA CIBUBUR JAKARTA, 9-14 SEPTEMBER 2013
Oleh: Dedi Saeful Anwar

Catatan ini awalnya akan diturunkan tidak lama setelah saya tulis. Namun karena berbagai kendala akhirnya baru kali ini saya turunkan dalam beberapa bagian. Semoga hal ini bisa menjadi salah satu wawasan baru bagi semua, kususnya bagi saya sendiri.
Pada 9-14 September 2013, saya mengikuti salah satu kegiatan yang diadakan oleh Gerakan Pramuka Nasional dalam agenda rutin empat tahunannya yaitu Karang Pamitran Nasional (KPN) IV. Penyelenggarannya kali ini dilaksanakan di Bumi Perkemahan dan Graha Wisata (Buperta) Cibubur, Jakarta.
Karang Pamitran merupakan ajang pertemuan para pembina pramuka di gugus depan (Gudep) untuk saling berbagi informasi, pengetahuan dan keterampilan dengan “silih asah (saling mengasah), silih asuh (saling memberi contoh tenteng penghayatan nilai dan silih asih (saling mengasihi)”.
Kegiatan ini merupakan yang hajatan yang baru menggeliat kembali setelah vakum selama 17 tahun, begitu pernyataan Ketua Kwartir Nasional dalam sambutannya pada Upacara Pembukaan yang di hadiri kurang lebih 2500 peserta dari seluruh Indonesia. Sungguh merupakan pengalaman yang sangat mengesankan. Betap tidak, kegiatan ini ibaratnya membawa saya pada sebuah miniatur Indonesia yang dikumpulkan dalam satu wadah kecil. Saya bertemu, bercengkrama dan berbagi rasa dengan para pembina dari seluruh negeri yang sangat kaya dengan kebudayaannya.
Selama ini semua itu hanya saya lihat dan saksikan lewat media elektronik. Atau hanya saya baca bari buku-buku maupun surat kabar. Namun, selama satu minggu itu saya berinteraksi dengan mereka. Saudara yang berbeda bahasa dan budayanya. Rasa syukur saya begitu deras terpanjatkan padaNya.
Semua berbeda tetapi tetap satu tujuan, satu hati satu warna baju dan satu tekad. Laiknya Bhinneka Tunggal Ika. Kami ingin menjadi pencetak para generasi yang lebih baik dan generasi unggul melalui wadah kegiatan yang di sebut Gerakan Pramuka.

MY DREAM COMES TRUE
Betapa tidak, karena hal ini ibaratnya sebuah mimpi yang menjadi kenyataan (dream comes true). Bila menerawang ke masa lalu, saya pernah dililit rasa kecewa yang tiada berujung, saat tidak bisa ikut kegiatan Jambore Nasional tahun 1986 yang juga dilaksanakan di tempat yang sama yaitu Buperta Cibubur. Mengapa saya kecewa? Saat itu saya terserang penyakit typus ketika duduk di bangku kelas 1 SMP. Dengan demikian saya tidak bisa mengikuti kegiatan pramuka dan tentu tidak tepilih menjadi perwakilan. Sejak itu terbersit sebuah ucapan dalam hati, “suatu saat saya akan ke sana”. Setiap perkataan adalah doa dan aya meyakini hal itu.
Waktu pun terus beranjak. Hingga pada akhirnya doa dan keinginan itu terwujud pada 2013 ini. Kurang lebih selama 29 tahun penantian itu terwujud di saat saya sudah menjadi seorang pembina. Walaupun berbeda forum karena Jambore adalah forum untuk peserta didik (Anggota Pramuka Penggalang) sedangkan Karang Pamitran adalah forum untuk Anggota Dewasa/Pembina.
Pihak Kwartir Cabang (Kwarcab) Cianjur pada awalnya tidak memilih saya untuk menjadi utusan ke KPN 2013 tersebut. Namun dua hari menjelang keberangkatan ke tujuan, dari enam orang utusan (3 orang pembina putra dan 3 orang pembina putri), salah satu dari utusan putra tersebut mengundurkan diri dengan alasan yang bisa diterima pihak Kwarcab.
Akhirnya pihak Pusdiklatcab Cianjur memutuskan mencari penggantinya secara mendadak. Dan beryukur, mereka akhirnya memilih saya dengan pertimbangan saya sudah memenuhi kriteria/persyaratan. Alhamdulillah walaupun dengan persiapan serba mendadak, setelah saya mendapat izin dari pihak sekolah- di mana saya mengajar- akhirnya saya bisa mengikuti kegiatan KPN hingga selesai di tempat yang pernah saya impikan beberapa puluh tahun silam.
Bersambung...


Senin, 30 Desember 2013

KEJUTAN DI AKHIR 2013


Alhamdulillah,

Di hari terakhir tahun 2013 ini, Allah Swt begitu sayang pada hambanya. Dalam keaadan sakit yang masih mendera kaki kanan ini ada kejutan di akhir tahun. Dari even menulis bulanan yang diselenggarakan oleh Grup ECa (Es Campur) tanpa diduga tulisan saya selain terpilih menjadi kontributor, ternyata nyangkut juga dalam 3 naskah terbaik.

Tentunya hal ini menjadi pelengkap kebahagiaan dari prestasi lainnya di tahun ini. Semoga tahun mendatang bisa menelurkan karya tulis yang semakin baik lagi.

Amin, semoga.


Coretan Kecil Anisa AE: PEMENANG EVENT ONLINE SHOP: Setelah berhari-hari dikejar para kontributor buku "Online Shop, Why Not?" untuk pengumuman siapa saja yang berhak mendapatkan ...

Minggu, 29 Desember 2013

SAMPAH



Sampah. Satu kata saja, tapi bisa menimbulkan beribu masalah. Kenapa bisa? Tengok saja, sehari-hari kita membuat dan membuang sampah. Entah sampah plastik, kertas atau jenis sampaj lainnya. Bukan begitu? Namun seberapa sadarkah kita peduli dengan sampah ini. Masih teringat saat meletusnya gunung sampah di daerah Leuwigajah, Kota Cimahi-Jabar beberapa tahun yang lalu.

Loh, memang ada gunung sampah? Ya jelas ada, inilah negeri aneh. Gunung itu biasanya identik dengan pepohonan hijau (ada juga gunung yang gundul alias terkena penebangan liar). Tapi bukan gunung sampah yang akan dibahas, ini lebih ke cara dan perilaku kita dalam sehari-hari berinteraksi denga sampah. Mari kita ikuti percakapan pada suatu pagi di gang sempit berpenduduk padat di sekitar tempat tinggalku.

“Teteh mau kemana?” tanyaku basa-basi menyapa seorang perempuan setengah baya yang lewat di depan rumah. Padahal aku sering melihatnya melakukan hal itu.

“Ini Pak, mau buang sampah,” jawabnya singkat sambil berlalu. Tangan kanannya menjinjing sebuah ember bekas cat tembok seukuran 25 kg. Dia terbisa membuang sampah ke bibir sungai yang tak jauh dari rumah. Aku cuma menghela napas. Pernah satu waktu kutanya dia, alasannya suka membuang sampah ke kali itu. Namun bukan sebuah jawaban yang kuterima. Dia malah balik bertanya, bahwa siapa yang melarang buang sampah ke sungai itu. Tak hanya wanita itu, hampir kebanyakan warga di kampung tempat tinggalku terbiasa membuang sampah ke sungai itu. Sudah tradisi! Begitu kira-kira bila meminjam jargon sebuah iklan di televisi

Sekali waktu aku melihat sungai itu di pagi hari sebelum berangkat kerja. Sembari menikmati udara pagi ditemani putriku yang masih TK. Saat itu bermunculan orang-orang dari empat juru arah mata angin. Mereka semua dengan watados (wajah tanpa dosa) melemparkan jinjingan yang mereka bawa. Ada yang melempar dua kantung keresek (plastik hitam), ada yang satu keresek dengan ukuran bersar. Kuperhatikan tangannya terampil sekali melempar benda-benda busuk itu. Mereka tumpahkan semuanya di sana. Di sungai yang sudah menjerit sempit. Bahkan ada yang langsung menenteng tong-tong sampah mereka. Mulut sungai dalam sekejap nampak sudah bertumpuk puluhan kantung plastik berisi sampah.

Aku hanya bisa menjerit dalam dada. Padahal tak jauh dari daerah tempat tinggal kami ada penampungan sampah. Di mulut gang yang berjarak hanya beberapa puluh meter terdapat sebuah bak sampah yang secara rutin di angkut oleh Dinas Kebersihan. Namun warga di sini merasa enggan untuk sekadar berjalan atau naik motor mereka sendiri untuk pergi ke tempat penampungan sampah itu.

Bukan tiada penyuluhan. Bukannya tiada peringatan. Bukannya tiada larangan membuang sampah sembarangan dari aparat berwenang. Tapi yang jelas TIADANYA KESADARAN TINGGI DARI WARGA SETEMPAT UNTUK MENJAGA LINGKUNGANNYA.

#miris! 

[30/12/2013]

KHAWATIR (atau TAKUT?)

Khawatir atau perasaan gelisah/cemas terhadap suatu hal adalah wajar. Namun kekhawatiran itu kini menyeruak lebih terasa. Seperti itulah perasaan yang kini hinggap bila mendengar aksi geng motor atau aksi kejahatan yang akhir-akhir ini diberitakan media. Terbilang nekad bahkan sadis. Awal tahun 2013 salah satu teman dekat kehilangan tasnya yang berisi uang ratusan ribu dengan ATM yang berisi belasan juta justru saat berkendaraan (roda dua). Kemudian orang tua murid yang kehilangan nyawanya tepat di malam perayaan tahun baru kemarin. Sepasang suami-istri nyawanya berujung di tangan orang-orang nekat dan sadis, padahal pelaku tindak kejahatan itu masih ada pertalian darah dengan korban.

Entah berapa puluh, ratus atau bahkan ribuan tindak kejahatan yang terjadi yang tidak sempat disaksikan lewat media. Terakhir adalah aksi geng motor di Jalan layang Pasupati-Bandung. Beruntung nyawa korban selamat.

Khusus geng-geng motor, sering beraksi pada malam hari. Lantas, haruskah kita mengurungkan niat bila ada keperluan di malam hari? Sementara aksi nekat itu sudah masuk ke daerah-daerah terpencil sekalipun. Bagaimana dengan 2014?

#berdoa semoga lebih aman 



Cianjur, 29 Des 2013

PISAU

Tajam pisau karena diasah (orang menjadi pandai dan mahir karena terus belajar dan berlatih) begitu kata “Embah Google”, eh kata pepatah. Hari ini kualami. Betapa tidak, dulu saat mencoba berwirausaha-membuat kue lalu menjajakannya ke warung dan toko kue- biar begini aku pernah mahir (ecieee...) dalam membuat beberapa jenis kue.

Hari ini dengan perasaan pe-de yang membumbung tinggi (untung kagak selangit ngapungnya) kusanggupi permintaan anakku itu. Dia ingin dibuatkan kue kesukaannya, alasannya karena dulu pernah bisa (pertimbangan lainnya lagi selagi masih liburan, It’s okay, no problemo..hoooho....)

Nah, aku lupa pepatah di atas. Dalam ke-pede-an tadi, padahal hatiku sedikit ciut karena sudah lama tidak pernah melakukan hal seperti itu lagi. Aku tidak yakin dengan resepnya. Ada yang lupa. Nah, loh!! Masalah mulai timbul. Tapi seorang ayah ‘gak mau terlihat kikuk di hadapan anaknya. Diam-diam aku sms-an dengan kakak yang di luar kota. Sip, aku yakin! Resep jitu sudah kupegang, catch it!

Setelah selesai, aku tanya dia, “Gimana Nak, kue buatan Ayah?” dengan cemas kunantikan jawabannya.

(pura-pura) Anakku memasang wajah memelas dan sendu,”Ayah hebat, Uennnak buangets!”

#halah_lega. Alhamdulillah, untung gak minta dibuatkan tiap hari.
Cianjur, 29 Des 2013

TOKOH

Saat membolak-balik halaman koran hari ini (29/12/13), mata saya tertuju pada salah satu halamannya yang penuh foto dengan aneka warna. Tampilannya colorful. Tentu menggoda penglihatan saya, karena hanya ada sedikit keterangan di bawah foto-foto itu. Setelah yakin mereka adalah foto-foto dari 25 nama-nama pesohor, baik dari kalangan selebritas maupun politikus di dalam dan luar negeri yang wafat pada sepanjang 2013 ini.

Dari kedua puluh lima tokoh tersebut ada 8 yang sama sekali saya belum pernah tahu profilnya, bahkan namanya pun baru saya dengar hari ini (kasian banget deh gue-...!) Entahlah, memang mungkin saya kurang infomasi atau malas baca (bisa jadi-bisa jadi).

Dan dari 25 tokoh itu hanya satu yang pernah saya lihat secara langsung bahkan berjabatan tangan dengan saya -lagi-lagi kasian banget deh gue, wong ndeso banget- Beliau adalah Dr. Tarmizi Taher (Mantan Menteri Agama RI 1993-1998). Saat itu saya menghadiri sebuah perayaan Hari Besar Keagamaan di Masjid Agung Cianjur beberapa tahun ke belakang. Ketika itu Beliau sudah tidak menjabat Menteri lagi. Kekaguman saya terbit padanya selain pada gaya penyampaian dakwahnya yang lugas namun juga kagum pada perjalanan karirnya. Saat itu saya baru tahu kalau beliau adalah seorang Pensiunan Militer yang berpangkat Laksamana Muda TNI Angkatan Laut yang bergelar dokter.

Seandainya hari ini saya tidak membaca berita itu mungkin saya tidak akan pernah tahu bahwa salah satu tokoh yang menginspirasi itu sudah tiada. Selamat Jalan Bapak Tarmizi. Allahumma ya Allah ampunilah seluruh dosa almarhum, maafkan seluruh kesalahan almarhum, terimalah amal ibadah almarhum, terimalah almarhum sebagai hambaMu yang mulia disisiMu.

Cianjur, 29 Des 2013

Rabu, 25 Desember 2013

[Untukmu Ibu] Sebuah Surat: Percakapan Terakhir



Rumah Pilu, 22 Desember 2013
Kepada Yang Terkasih
Ibunda
Di Rumah-Nya

Ibu, kuharap sekarang Ibu sedang menikmati indahnya surga-Nya. Kuharap Ibu sekarang tengah menikmati taman-taman indah dan menakjubkan milik-Nya. Kini rinai di sudut kedua mataku  meskipun telah mengering namun rasa pilu masih menyesaki relung sanubariku sejak kepergianmu dua bulan yang lalu. Belum genap seratus hari kepergianmu, tentu sampai hari ini membuatku masih menyisakan rasa bahwa engkau masih hadir di tengah-tengah kami. Setiap kumasuk ke kamarmu masih tercium ada wangi rambutmu yang selalu diusap dengan minyak urang-aring. Masih berdiri lemari coklat pakaianmu yang berisi baju-baju daster favoritmu yang selalu membuat nyaman di kala gerah melanda tubuh ringkihmu-- di sudut kamar dekat jendela yang menghadap ke arah timur. Di dalamnya juga masih berjejer kebaya, kain batik serta kerudung yang selalu menghiasi tubuhmu yang penuh kasih sayang. Masih tergelar tikar dan sajadah yang selalu kau gunakan bermunajat serta mengirimkan beribu doa dan pinta kepada Yang Maha Kuasa. Kau selalu mendoakan anakmu, namun aku --anak yang kau kirim doa-- terkadang lupa bahwa engkau selalu menantikan kedatanganku. Anakmu ini selalu sibuk dengan hal lain. Berdalih sibuk dengan pekerjaan, inilah, itulah dan hal lainnya.
Ibu, seandainya waktu bisa kuputar ulang ingin bahwa aku ‘tak akan menggagalkan pertemuan itu. Aku akan pergi dengan cucumu untuk menemuimu yang sedang terbaring lemah melawan rasa sakitmu itu. Seandainya ‘tak kukatakan kalau cucumu juga sedang sakit mungkin engkau tak akan menghalangi aku untuk menyegerakan pergi untuk menemui dan menengokmu. Cintamu teramat besar kepada kami, anak dan cucumu. Ternyata percakapan terakhir denganmu lewat telepon di Jumat pagi itu, adalah terakhir kalinya aku mendapat kesempatan untuk mendengar suaramu yang halus dan bijak.
“Nak, sudahlah jangan dulu datang ke Bandung, biarkan putrimu sehat dulu. Kasian cucuku yang cantik itu berpergian jauh dalam keadaan tidak sehat. Sabar ya Nak, jaga cucuku. Ibu di sini sudah agak baikkan. Peluk cium dari Ibu untuk putri kecilmu itu,” ucapan terakhir Ibu di ujung telepon membuatku tertegun.
Saat menutup telepon ‘tak terasa rinai muncul di sudut-sudut mataku. Hangat membasahi kedua pipiku. Ibu, engkau terlalu pandai menyimpan rindumu di ruang yang semakin sempit. Sementara aku....? ah, Ibu maafkan aku yang tidak mengetahui firasat itu.
Ibu, dalam surat ini, izinkan anakmu mengurai beberapa rencana indah yang awalnya kuharap bisa dilalui bersamamu di akhir tahun ini. Aku sudah merencanakan dengan menantu dan cucumu, putri kecilku yang sudah memasuki sekolah TK di usianya yang baru menginjak 2,5 tahun itu.  Kami berencana memotong hewan kurban bersama saat perayaan Idul Adha kemarin. Kemudian istriku pun sudah menyiapkan sebuah sajadah baru dari kain beludru yang tebal berwarna coklat. Aku harap engkau akan nyaman saat mengikuti salat sunnat Idul Adha, atau di saat bersimpuh dalam sujud dan dudukmu sembari memanjatkan doa dan beribu pintamu pada Sang Khalik.
Bahkan saat liburan sekolah di akhir tahun ini aku dan anak-istriku merencanakan akan mengunjungimu. Seperti tradisi di tahun-tahun sebelumnya saat kita mengisi akhir tahun dengan berkumpul dan bermuhasabah. Diselingi canda dan tawa sekadar pengusir hawa malam yang dingin sambil menikmati hidangan teh rempah yang hangat. Kita berbagi cerita juga kisah. Ditemani bunga euphorbia, melati dan wijaya kusuma juga kemuning dalam pot. Serta disaksikan berjuta kerlip bintang yang nampak berseri serta senyum rembulan merekah yang sering muncul di selasar dahan dan ranting pohon jambu di beranda rumah.
Ibu, engkau biasanya mengurai banyak kisah yang akan menghapus tumpukan rindu dalam kalbumu yang syahdu. Engkau bagikan kisah-kisahmu yang selalu menghadirkan beribu hikmah yang menjadi suri teladan. Dan, engkau akan menebar senyum melihat tingkah cucumu yang beranjak besar. Walau tanganmu dalam sakit namun engkau selalu berusaha ingin menggendong cucumu dengan binar-binar cintamu.
Demi mengikuti saranmu, maka kuurungkan pergi Jumat itu. Aku berusaha sabar dengan mengganti rencanakau hingga dua hari ke depan yaitu hari Minggu. Dan pertimbangan lainnya semoga Ibu akan semakin baik kesehatannya. Lagi pula pada hari Minggu itu bertepatan dengan Hari Ulang Tahun putriku pada 6 Oktober. Kuharap perayaan sederhana hari jadi putriku akan mampu menjadi pelipur rasa rindu Ibu.
Manusia boleh membuat rencana sematang mungkin. Manusia boleh memiliki keinginan banyak, ini dan itu. Namun jika Allah SWT berkehendak lain tentu semua insan tiada yang bisa menolak-Nya. Tuhan teramat sayang pada Ibu. Tuhan memanggilmu di saat semua rencana sudah kususun dengan matang. Barang-barang sudah kusiapkan untuk pergi menuju rumah Ibu. Namun ibu lebih dahulu di panggil oleh-Nya.
Ibu, pantas saja anggrek di rumah sudah enggan lagi berbunga. Bunga kesukaanmu itu lama tidak memunculkan kuncup-kuncup indahnya. Bahkan kelopaknya yang biasanya menerbitkan warna ungu kemerahan itu tak mau lagi hadir di jambangan. Andai saja aku mengerti bahasanya, aku akan tahu bahwa dia sedang berduka mendengar penderitaanmu melawan penyakit. Jika aku paham akan ucapannya mungkin saja aku akan tahu bahwa harus segera menemui Ibu. Bunga itu tidak menampakkan ceria sama sekali. Bahkan beberapa bulan sebelumnya dedaunnya selalu layu walau selalu kujaga dan kusiram. Dia sepertinya sudah memberikan tanda padaku jika Ibu akan pergi. Ibu, kini anggrek itu pun telah kering seiring kepergianmu menghadap-Nya.
Ibu, semenjak kepergianmu awan selalu memayung mendung. Langit selalu membawa kaki-kaki hujan. Hari-hari yang kujalani terasa sepi. Semangatku seakan menguap. Hanya doa-doa yang mampu membuatku tegar. Perlahan aku mulai menata perasaan piluku walau dada masih terasa sesak menahan rasa yang ‘tak menentu. Semua itu karena aku masih merasa engkau hadir di sisiku, di sini bersama kami—aku dan anak istriku. Sebenarnya, aku ingin Ibu menyaksikan putriku tumbuh menjadi dewasa. Juga, ingin aku menyaksikan putriku merapikan rambutmu yang sudah berubah abu-abu juga memutih. Atau bercengkrama denganmu dan memanggil nenek. Ah, Ibu. Semua ini kini hanya menjadi kenangan yang tidak mungkin akan terwujud.
Ibu, sebelum ananda menutup surat sederhana ini, izinkan aku mengatakan yang ada dalam hati ini bahwa hari ini, hari di mana semua orang mengucapkan “Selamat Hari Ibu” kemana lagi aku harus menumpahkan selaksa rindu ini. Tiada lagi yang mampu mengusap air mata rindu ini. Kini hanya tanah merah dan basah dengan rinai yang ada dihadapanku. Kemboja di samping nisanmu hanya mampu membisu. Mawar merah muda pun terdiam tak banyak kata. Aku hanya bisa memanjatkan doa pada-Nya. Kutumpahkan doa-doaku agar engkau mendapat tempat yang terbaik di sisi-Nya. Kutitipkan buncah rinduku pada kemboja dan mawar itu.
Ibu, airmataku sudah menyatu dengan hujan meresap di tanah merah itu. Semoga engkau tahu bahwa aku merindukanmu. Sungguh.
Ibu, I love you so much. I do.

Peluk hangat,
dari Ananda
Dedi Saeful Anwar

Catatan:
Postingan ini bisa juga dilihat di: www.kompasiana.com/Ds-Anwar

40 Naskah Surat yang Lolos Seleksi dan Dibukukan FAM Publishing



Alhamdulillah,
Walaupun tidak masuk yang terbaik, namun setidaknya naskah Lomba Menulis Suratku yang ke-sekian kalinya digelar oleh Grup Forum Aktif Menulis, masih menyisakan kekuatan goresan penaku.
Lomba yang bertemakan “Yang Berkesan di Akhir Tahun” masuk nominasi untuk dibukukan bersama 40 karya lainnya. Ber-positive thinking saja. Hali ini bisa dikarenakan adanya penurunan kualitas, atau isinya kurang menarik, atau....bisa juga yang karena persertanya kali ini semakin meningkat kualitas  karyanya.

Yang jelas saya sangat bersyukur, semoga lomba yang akan datang bisa semakin baik lagi prestasinya. Amin.
Untuk lebih lanjut silakan kunjungi halaman berikut ini:

http://www.famindonesia.com/2013/12/40-naskah-surat-yang-lolos-seleksi-dan.html