BEDAH BUKU SENYUM NOLINA

BEDAH BUKU SENYUM NOLINA
KUMPULAN CERPEN "SENYUM NOLINA" karya Dedi Saeful Anwar ini sudah bisa dipesan. Harga Rp38.000 (belum ongkir). [Info pemesanan dan penerbitan di FAM Publishing hubungi Call Centre 0812 5982 1511, atau via email forumaktifmenulis@yahoo.com, dan kunjungi web kami di www.famindonesia.com]

Rabu, 29 September 2021

PEMIMPIN PEMBELAJARAN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

 3.2.a.9. Koneksi Antar Materi - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

 

PEMIMPIN PEMBELAJARAN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA


Oleh: Dedi Saeful Anwar 

CGP-2, Kabupaten Cianjur

 

 

Dalam menghadapi perubahan zaman yang sangat dinamis tentu dituntut pribadi yang tidak tinggal diam. Hal ini mau tidak mau setiap pribadi dituntut untuk bergerak dan tidak tinggal di dalam zona nyaman.  Begitu pula dengan profesi pendidik (guru). Sebagai salah satu ujung tombak dalam mencerdaskan anak bangsa menjadi penting untuk terus meningkatkan kompetensi agar tidak tertinggal bahkan tergilas orda perubahan yang begitu cepat.

Kita tidak bisa menjadi penonton terus. Tidak pula untuk terus berpikir negatif terhadap segala perubahan. Berpikir postif adalah jalan yang harus segera kita tempuh. Energi postif akan membangun atmosfir di lingkungan kita berada. Hal ini tentunya membuat kita menjadi fokus untuk bergerak maju.

Dengan demikian musti diambil jalan yang dapat membuat kita kembali pada rel pendidikan yang sesungguhnya. Jika kita melirik kembali pengertian Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara (KHD) yang mengatakan dengan jelas bahwa Pendidikan (opvoeding) adalah kegiatan yang memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Untuk mencapai keselamatan dan kebahagaian tentunya memerlukan sebuah proses yang tidak mudah dan sebentar. Seorang pendidik dituntut untuk menjadi pemimpin di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah dalam mengimplementasikan segala kemampuan yang dimilikinya. Salah satunya dengan Pembelajaran Berdiferensiasi.

Menurut Tomlinson (2000), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Dengan berupaya membuat perubahan yang berbasis kekuatan yang terdapat pada murid berdasarkan kebutuhan mereka, maka diharapkan setiap murid di kelas meraup kesuksesan di dalam proses pembelajarannya.

Pembelajaran Berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Dengan demikian pemikiran berorientasi kepada murid sangat sejalan dengan tujuan untuk menciptakan manusia yang beradab.

Rangkaian Pembelajaran berdiferensiasi di antaranya: 1. Menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras; 2. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran; 3. Penilaian berkelanjutan; 4. Merespon kebutuhan belajar muridnya menggunakan sumber belajar, cara, dan penugasan serta penilaian yang berbeda;  5. Manajemen kelas yang efektif dan terstruktur.

Selain dengan pembelajaran berdiferensiasi, dapat juga dengan menerapkan Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE). PSE adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional.

Selanjutnya jika kita menelaah Filosofi KHD bahwa pendidikan adalah persemaian benih-benih kebudayaan yang diyakini dapat menciptakan manusia Indonesia yang beradab dan pendidikan itu harus holistik. Artinya pendidikan harus seimbang antara budi dan pekerti. Dengan demikian untuk mewujudkan manusia yang beradab harus didukung dengan segala kekuatan yang dimiliki oleh sekolah sebagai sebuah ekosistem yang lengkap dengan unsur biotik (makhluk hidup) dan abiotiknya (sarana dan prasarana).  

Jika sekolah sebagai sebuah ekosistem dan bercita-cita untuk melahirkan murid menjadi lebih berkualitas (Profil Pelajar Pancasila) maka tentunya  memerlukan rangkaian atau proses yang berkesinambungan dan didukung oleh semua unsur yang dimiliki sekolah (baca: sumber daya sekolah).  Hal ini memerlukan sebuah pengelolaan sumber daya yang tepat untuk membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas. Sehingga visi, misi, dan tujuan akhir yang diharapkan akan terwujud dengan maksimal.

Dalam  Pendidikan Guru Penggerak  hal ini menjadi sebuah jalan untuk turut serta menjadi agen transformasi pendidikan. Sebab terdapat 5 Nilai Guru Penggerak yang dapat mendukung terwujudnya cita-cita untuk menciptakan manusia yang memiliki kompetensi dalam menghadapi perubahan zaman yang dinamis yaitu: Mandiri, Reflektif, Kolaboratif, Inovatif, Berpihak pada Murid. Selanjutnya peran guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran tentunya sangat diharapkan pula untuk menjadi “Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya”.

Untuk menjadi agen perubahan tentunya memerlukan paradigma berpikir yang logis dan sistematis. Hal ini tentunya untuk menunjang pemaksimalan sumber daya sekolah yang dimiliki yaitu dengan dengan sebuah pendekatan yang melirik pada penggalian kekuatan asset (sumber daya). Salah satu pendekatan yang diharapkan mampu menuju ke arah perubahan adalah Inkuiri Apesiatif (IA). IA merupakan pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. Konsep yang pertama kali dikembangkan oleh David Cooperrider (Noble & McGrath, 2016).

Dengan menggali kekuatan hal ini untuk mengetahui komponen (kekuatan) apa saja yang dimiliki oleh sebuah sekolah sebagai suatu ekosistem. Sehingga 7 aset utama sebuah komunitas (baca: sekolah) akan diketahui di antaranya:  Sumber Daya Manusia/SDM, Modal Sosial, Modal Fisik (bangunan dan infrastruktur/sarana dan prasarana), Modal Lingkungan, Modal Finansial, Modal Politik, dan Modal Agama dan Budaya.

Selanjutnya untuk menggali 7 komponen yang dimiliki oleh sekolah maka  strategi untuk menerapkan paradigma manajemen perubahan IA dalam mencapai visi yang telah dicanangkan yaitu menggunakan teori pendekatan BAGJA (Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, dan Atur eksekusi).

Dengan menggunakan pendekatan BAGJA ini maka akan muncul dan tumbuh Budaya Positif di sekolah. Di antaranya sikap gotong-royong, percaya diri, fokus pada hal baik dan positif dan menjauhkan pikiran negatif sebab tindakan yang digunakan adalah asset based thinking yang dikenal dengan istilah PKBA/ Pengembangan Komunitas Berbasis Asset. Budaya yang positif tersebut ialah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab.

Sebagai seorang Pemimpin Pembelajaran seorang guru harus mampu bersikap mandiri dan reflektif dalam setiap keputusan yang diambilnya baik di kelas maupun saat berada dalam komunitas. Selain itu juga  mampu berkolaborasi dengan setiap komponen di sekolah dan komunitas sehingga segala keputusan diambil tidak berdasarkan kehendak dan sikap atau berpikir egosentris.

Sementara itu sebagai Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya seorang guru harus mampu melihat dan mengetahui segala asset yang dimiliki oleh sekolah sebagai sebuah ekosistem. Sehingga semua komponen di dalamnya mampu digali dan berfungsi dengan maksimal untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah.

 

 

 

Cianjur, 29 September 2021

Jumat, 24 September 2021

Pemetaan Tujuh Kelompok Aset – Sumber Daya (Tugas 3.2.a.7. Demonstrasi Kontekstual - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya)

 






SD ISLAM KREATIF MUHAMMADIYAH RELIGIUS, UNIK, DAN BERKARAKTER DI TENGAH DINAMISASI PERUBAHAN ZAMAN

 (SEBUAH PEMETAAN SUMBER DAYA SEKOLAH)


Oleh: Dedi Saeful Awar

Calon Guru Penggerak Angkatan-2, Kabupaten Cianjur

 

 

Di tengah arus globalisasi yang tak dapat dibendung, hal ini membuat semua lini kehidupan bergerak dengan cepat. Pekembangan teknologi informasi tidak bisa dipisahkan lagi dengan kehidupan manusia. Hal ini pula yang menjadi sebuah dilemma yang tidak dapat dihindari. Betapa tidak? Dengan derasnya perubahan zaman ini mau tidak mau manusia harus dapat bertahan di tengah gempuran teknologi yang telah mengambil-alih peran manusia di dalamnya. Saat ini  tak sedikit, banyak sektor pekerjaan yang biasa dilakukan oleh manusia telah tergantikan dengan mesin dan teknologi (baca:robot).

Banyak yang menggadang-gadangkan bahwa robot itu lebih cepat, gesit, pintar, akurat dan kelebihan kompetensi lainnya yang melebihi kemampuan manusia. Tetapi sepintar-pintarnya robot, tetaplah manusia memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh robot, yaitu: hati dan pikiran! Dengan demikian, sebagai makhluk-Nya yang dianugrahi hati (kalbu) dan pikiran setidaknya manusia harus beryukur dan terus menyalakan cahaya di dalam kalbu dan pikirannya. Salah satunya adalah dengan memberikan Pendidikan yang membetuk jiwa yang sehat dan berkarakter positif yaitu Pendidikan yang berbasis keagamaan dan memiliki visi membentuk Profil Pelajar Pancasila.

Seiring dengan tuntutan zaman tersebut, maka SD Islam Kreatif Muhammadiyah telah siap dan terus berbenah diri. Hal ini tentu saja untuk menjawab segala perubahan yang sangat dinamis agar menjadi Lembaga Pendidikan yang dipercaya masyarakat dan pemerintah dalam menghasilkan generasi yang Cerdas, Kreatif, Reliji, dan, Juara seiring dengan cita-cita dan filosofi Pendidikan yang dicetuskan oleh Ki Hadjar Dewantara bahwa Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan yang diyakini dapat menciptakan manusia Indonesia yang beradab.

 Sebagai sekolah yang berada di pusat perkotaan dengan letak yang strategis di bilangan Jalan KH. Abdullah bin Nuh, No. 64, tentu merupakan sebuah keuntungan. Berikut pemetaan 7 aset yang dimiliki SD Islam Kreatif Muhamamdiyah Cianjur.

1.              Sumber Daya Manusia (SDM)

Sekolah Dasar Islam Kreatif menjadi sekolah swasta rujukan Nasional di Kabupaten Cianjur dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, sejak tahun 2018. Kemudian pada tahun 2020 ini Kembali mendapat kepercayaan dari pemerintah dalam hal ini Kemendikbud, menjadi salah satu Sekolah Penggerak. Dengan dua jenis kepercayaan dari pemerintah ini tentu saja menjadi sebuah kesempatan bagi SD Islam Kratif untuk menunjukkan eksistensinya dalam maningkatkan kualitas pelayanan dengan menggulirkan berbagai program sekolah yang kreatif dan berkualitas. Sehingga diharapkan mampu seiring dan sejalan dengan kepercayaaan yang telah diberikan oleh pemerintah tersebut.

Dengan adanya dua kepercayaan tersebut hal ini tentu tidak terlepas dari sumber daya manusia yang berkualitas diantaranya:

a.  Murid yang cukup banyak sekitar 400 siswa;

b.  Tenaga Pendidik 100%  memiliki basic Pendidikan Strata-1 (S1) dan tenaga kependidikan telah menyelesaikan jenjang Pendidikan Strata-1 (S1) sebanyak 95%;

c.   Orang tua dan Komite sekolah yang sangat mendukung pendidikan sehingga terjalin hubungan yang harmonis dengan Lembaga sekolah.;

d.  Yayasan sekolah yang berada di bawah naungan Pengurus Daerah (PD)  Muhammadiyah, Kab. Cianjur.

e.  Pengawas Bina sebagai wakil dari pemerintah (kordik) yang selalu memberikan arahan serta menjalin hubungan baik dengan Kepala Sekolah dan para guru;

f.     Pihak swasta yang turut serta menjalin berbagai MoU/Kerjasama dalam berbagai kegiatan sekolah;

g.   Masyarakat sekitar yang mendukung penuh dan menjalin hubungan harmonis dengan Lembaga.

Dengan sejumlah komponen sumber daya manusia yang berkualitas dan saling mendukung satu sama lain hal ini diharapkan mampu mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah secara maksimal.

 


2.              Modal Sosial

Sebagai sebuah sekolah yang terletak di perkotaan, tentu saja lingkungan sosial menjadi salah satu modal yang kuat dalam mewujudkan sekolah yang kreatif dan unggul. Segala aspek sosial sangat mudah dijangkau dan diakses. Misalnya menjalin hubungan baik dengan berbagai komunitas sosial dengan bidang Pendidikan, misalnya:

a.  Kerjasama dengan ojeg online (ojol) ketika mengantar jemput anak atau keperluan sekolah lainnya, missal pengambilan soal ataupun pengiriman lembar jawaban.

b.  Kemudahan mendapatkan pelayan kesehatan seperti vaksinasi guru dan murid;

c.   Kemudahan perbankan untuk keperluan yang berhubungan dengan kebijakan sekolah;

d.  Kumudahan akses bagi siswa yang mengikuti kegiatan dengan Lembaga kursus nonformal, sanggar seni atau klub olah rasa sehingga sangat menunjang prestasi baik akademik maupun non akademik;

e.  Serta komunitas lainnya yang cukup membantu kemajuan dunia Pendidikan khususnya program sekolah.

 




3.              Modal Fisik (bangunan dan infrastruktur / sarana dan prasarana)

SD Islam Kreatif memiliki sarana berupa bangunan yang permanen karena berada di lingkungan perguruan yang lengkap, di antarannya:

a.     Banguan sekolah yang terintegrasi mulai dari Taman Kanak-kanan, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, hingga Sekolah Menengah Atas (SMA);

b.    Bangunan Tempat Ibadah/Masjid Al Muhajiruun;

c.      Aula Perguruan “Ahmad Dahlan”;

d.    Lapangan/halaman luas untuk Upacara dan kegiatan sekolah (olahraga, mabit, dll) yang cukup luas;

e.     Ruang kantor guru, kepala sekolah dan Tata Usaha;

f.       Ruang UKS

g.     Kamar mandi/jamban/wc dengan perbandingan 1:1 kelas (30 siswa)

h.    Saat ini sedang direncanakan untuk pembangunan ruang laboratorium.

 





4.              Modal Lingkungan

SD Islam Kreatif berada di lingkungan perkotaan yang terus bertumbuh pesat. Baik dalam bidang perniagaan / perdagangan, manufaktur, perbankan, dll. Sehingga kebutuhan masyarakat terhadap Pendidikan ikut terus meningkat seiring dengan perkembangan dalam segala sektor.

Jika semua bidang ini dapat dimanfaatkan dengan maksimal oleh pihak Lembaga Sekolah (dalam hal ini Kepala Sekolah dan Pimpinan Yayasan) dengan mengaitkan kepada bidang Pendidikan, tentunya hal ini sangat diharapkan  mampu menimbulkan dampak yang baik dan positif terhadap kemajuan bidang Pendidikan secara menyeluruh.

 

5.              Modal Finansial

Sebagai Lembaga Pendidikan swasta yang berada di bawah Yayasan dan organisasi besar (Muhamamdiyah) dan Kordik Kec. Cianjur, maka SD Islam Kreatif memiliki sumber finansial yang cukup kuat untuk mendukung keberhasilan Pendidikan. Sumbere  finansial berasal dari dana BOS dan dana partisipasi dari masyarakat.

Dengan dukungan sumber finansial ini maka banyak kegiatan unggulan yang sudah masuk ke dalam program jangka pendek, menengah, hingga jangka panjang, di antaranya:

a.  Kegiatan ekstra kurikuler bidang olah raga (bulutangkis, renang, futsal, tapak suci/beladiri), kesenian (paduan suara, sastra, drumband, menggambar dan mewarnai), Polisi Cilik/Pocil serta robotic.

b.  Kegiatan mabit (malam bina iman dan takwa) merupakan perkemahan yang dikemas dengan memadukan unsur Pendidikan kepanduan HW/hizbul wathan dan keagamaan.

c.   Lifeskill kecil, berupa kegiatan belajar di luar lingkungan sekolah (sekitar wilayah kota dan wilayah penyangga kota Cianjur) dan disesuaikan dengan tema di tiap tingkat/kelas. Jika di masa sebelum pandemic kegiatan  lifeskill dilakukan pada bulan Ooktober atau November.

d.  Lifeskill besar, berupa kegiatan di luar sekolah (wisata tematik) yang disesuaikan dengan tema di tiap tingkat/kelas).

e.  Kegiatan perlombaan siswa (FLS2N dan O2SN) mulai dari tingkat kecamatan hingga nasional.

f.     Kegiatan lain yang berhubungan dengan Peringatan Hari Besar Nasional/PHBN maupun keagamaan (Islam)/PHBI

 





6.              Modal politik

Dengan akses jalan yang baik dan tidak jauh dari pusat pemerintahan (Gedung DPRD), komplek perkantoran, pusat perniagaan dan perbankan dan  lainnya, maka hal ini dapat dimaksimalkan untuk mendukung pendidikan yang berkemajuan. 

Selain itu, SD Islam Kreatif Muhammadiyah berada di bawah naungan salah satu organisasi besar di Indonesia yaitu Muhammadiyah. Hal ini menjadi sebuah keuntungan dalam mendapatkan segala akses yang sekiranya dapat meningkatkan kemajuan dalam bidang Pendidikan.

Kemudian kemudahan dalam mendapatkan pelayanan/akses Kesehatan, serta bidang jasa lainnya. Hal ini disebabkan selain dekat dengan pusat-pusat Kesehatan (Klinik Kesehatan, tempat, Praktek dokter, Puskesmas Kecamatan dan Rumah Sakit) juga karena banyak pula orangtua murid yang bekerja di berbagai sektor tersebut. Hal ini tentunya menjadi sebuah asset dan keuntungan yang perlu terus dijaga guna kemajuan dunia Pendidikan dalam konteks luas.

 

7.              Modal Agama dan Budaya

SD Islam Kreatif Muhamamdiyah merupakan sekolah yang berbasis keagamaan kuat (Islam). Sehingga dalam pencapaian target memiliki kekhasan dalam lulusannya, yaitu menghasilkan output/lulusan yang mampu menjadi hafidz/penghafal Al Quran pada Juz ke-30. Salah satu program unggulannya adalah setiap murid mampu menghafal ayat Al Quran dengan program one day one ayat. Shalat duha sebelum pembelajaran setiap hari. Program mengaji setiap hari sesuai dengan kemampuan masing-masing murid (Iqra atau Al Qu’ran).






Sementara itu dalam bidang kebudayaan SD Islaam Kreatif sangat terbuka dan ikut serta dalam melestarikan budaya daerah di antaranya dengan ikut serta dalam berbagai kegiatan kesenian dan budaya daerah baik untuk peserta didik maupun para tenaga pendidiknya.





Dengan memetakan aset yang dimiliki sekolah semoga dapat dijadikan bahan analisa dan mampu mengukur sejauh mana potensi kekuatan aset yang ada dan dimiliki sekolah. Sehingga hal ini dapat memudahkan untuk pengambil kebijakan untuk mengambil kebijakan dan menjadi dasar unntuk membuat program yang berkemajuan sehingga mampu mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah sehinnga sejalan dengan filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara serta mampu menyumbangkan yang terbaik untuk negeri terutama dalam mewujudkann Profil Pelajar Pancasila.

 

 

Cianjur, 23 September 2021


Senin, 13 September 2021

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

 


3.1.9. KONEKSI ANTAR MATERI - PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

 

Oleh: 

Dedi Saeful Anwar-CGP2, Kab. Cianjur

 


 

Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Demikian filosofi Pendidikan yang diusung oleh Ki Hadjar Dewantara (KHD). Sebagai pencetus Patrap Triloka sangat jelas beliau memberikan dian penerang bagi bangsa besar ini.

Ing Ngarso sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani, merupakan pegangan untuk para pendidik dalam menumbuhkan jiwa yang berbudi pekerti luhur. Sebuah cita-cita luhung yang diharapkan mampu mewujudkan pendidikan sebagai tempat persemaian benih-benih kebudayaan. Sehingga dapat menciptakan manusia Indonesia yang beradab serta seimbang antara budi dan pekerti.

Lalu, sebagai pemimpin pembelajaran, seorang guru harus mampu mengambi tindakan jelas dan nyata dalam turut serta mewujudkan segala cita-cita yang terkandung dalam filosofi pendidikan KHD tersebut. Tiada lain dan bukan, yaitu dengan cara yang mulia dan berjuang dengan tenaga yang menggali potensi diri untuk memahami segala kodrat yang ada, yaitu kodrat diri anak, kodrat zaman, dan kodrat alam. Sehingga segala upaya yang dilakukan dengan tetap berada dalam rel Patrap Triloka bukan sebuah hal kemungkinan jika cita-cita Bapak Pendidikan itu akan terus membumi, bersemai dan terus tumbuh di pinggiran kota ini.

Nilai-nilai positif yang telah tertanam dalam diri yaitu: Mandiri, Reflektif, Kolaboratif, Inovatif, dan berpihak kepada murid merupakan lima poin penting bagi guru sebagai pemimpin pembelajaran. Mengimplementasikan kelima nilai tersebut merupakan tahapan untuk mewujudkan langkah konkrit demi turut serta dalam mewujudkan profil pelajar Pancasila. Guru sebagai garda terdepan dalam pendidikan tidak hanya berfokus sebagai pemimpin pembelajaran, tetapi juga menggerakkan diri serta lingkungan sekolah agar dapat mewujudkan sekolah yang berpihak kepada murid.

Seorang pemimpin pembelajaran seorang guru harus mampu mandiri dan reflektif dalam setiap keputusan yang diambilnya baik di kelas maupun saat berada dalam komunitas dan rekan sejawatnya. Kemudian mampu berkolaborasi dengan setiap komponen di sekolah dan komunitas sehingga segala keputusan yang diambil tidak berdasarkan kehendak dan sikap atau berpikir egosentris.

Selain itu sebagai pembelajar sejati seorang guru untuk dinamis sehingga mampu menggali kreativitasnya dan  selalu mencari model dan metode pembelajaran yang benar-benar berpihak kepada murid.

Dengan demikian nilai-nilai positif dalam seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran saling mendukung dan mendukung 3 prinsip dalam pengambilan keputusan atau penyelesaian dilema, yang harus ditentukan Berpikir Berbasis Akhir, Berpikir Berbasis Peraturan ), atau Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Berpikir Berbasis Peduli)? 

Selanjutnya, sebagai pemimpin pembelajaran seorang guru juga mampu menemukan kemampuan murid sejawat dalam komunitasnya. Sebagai seorang pelatih guru mampu untuk memberi respons yang sangat hangat dan bersahabat. Hal ini sebagai sikap sikap berkomunikasi secara tegas sehingga membangun kualitas dengan coachee (murid) tampak sangat positif. Kemudian coach menjadi pendengar yang aktif, lalu bertanya dengan menggiring agar terciptanya umpan balik yang positif pula. Sehingga dalam percakapan/diskusi (antara guru-murid) tersebut ada masalah/kesepakatan bersama dalam pemahaman masalah dan solusinya.

          Upaya memberdayakan keterampilan dasar coaching, melalui penerapan pendekatan/model TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi, Tanggung jawab) diharapkan mampu menggali paradigma berpikir ketika menghadapi masalah yang dialami baik oleh rekan sesama pendidik di sekolah dan komunitas maupun murid di kelas. Dengan menguasai keterampilan coaching diharapkan akan mampu berperan sebagai coach yang mampu menggali potensi yang dimiliki murid maupun rekan sejawat yang memerlukan dukungan.

Tetapi dalam menjalankan praktik coaching sebuah prisip yang mendasar harus diingat dan diterapkan, yaitu membangun kemitraan yang setara. Baik terhadap murid maupun rekan sejawat. Sehingga penerapan coaching akan sejalan dengan konsep pengambilan dan pengujian keputusan.

Dalam pembahasan kasus yang fokus pada masalah moral atau etika, seorang guru harus benar-benar menerapkan konsep pengambilan dan pengujian keputusan. Dalam menghadapi sebuah kasus Langkah perama yang harus dilakukan adalah dengan menerapkan 9 konsep dasar pengambilan dan pengujian keputusan.

Tentukan dengan jelas, apakah dalam kasus tersebut ada nilai-nilai yang bertentangan, pihak-pihak terkait yang terlibat, kemudian fakta-fakta yang ditemukan? Selanjutya mengidentifikasi permasalahan/ kasus terlebih dahulu. Apakah termasuk ke dalam Bujukan Moral (benar vs salah) atau Dilema Etika (benar vs benar)? Dalam pelaksanaan tersebut terlebih dahulu terlebih dahulu uji legalitas, uji regulasi/standar profesional, uji intusi, uji publikasi halaman depan koran, terakhir dengan uji panuta/idola.

Jika identifikasi sudah dilaksanakan barulah melangkah untuk menentukan 4 paradigma, yaitu Individu lawan masyarakat (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term). Kemudian tentukan 3 prinsip resolusi penyelesaian dilemma. Selanjutnya lakukanlah investigasi opsi trilema, buat keputusan, diakhiri dengan refleksi terhadap keputusan yang telah ditentukan.

 

 

Dengan pengambilan keputusan yang tepat melalui Langkah-langkah penentuan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 konsep pengambilan dan pengujian keputusan, maka diharapkan akan mampu menciptakan lingkungan positif, kodusip, aman dan nyaman. Sehingga iklim yang baik ini akan menghadirkan Budaya Posistif baik di sekolah ataupun di kelas. Untuk menciptakan lingkungan positif, kodusif, aman dan nyaman di sini perlu adanya kolaborasi/kerjasama semua warga/ komponen di sekolah.

Dalam menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini tentunya tidak akan berjalan mulus begitu saja. Ada kemungkinan akan menghadapi hambatan atau kesulitan saat penerapannya. Tentu saja kita sebagai guru harus mampu dalam menyikapi segala permasalahan dengan kepala dingin dan melakukan segala upaya yang dapat dilakukan.

Segala pengambilan keputusan yang terkait dengan pembelajaran atau pengajaran di sekolah/kelas tentunya harus berhubungan dengan upaya nyata dalam memerdekakan murid-murid. Di antaranya adalah dengan membuat kesepakatan kelas, membuat peta kebutuhan murid, merencanakan pembelajaran berdiferansiasi dan kompetensi sosial emosional. Sehingga semua murid akan mampu mengembangkan kompetensinya sehingga mampu tergali dengan maksimal.  Hal ini tentunya untuk seiring dengan cita-cita luhur bangsa ini demi terwujudnya Profil Pelajar Pancasila dan merdeka belajar yang sesungguhnya.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran dalam setiap mengambil keputusan, guru harus dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya. Upaya maksimal dengan dalam penggalian kompetensi yang dimiliki anak kemudian meyakinkan mereka dengan terus memberi teladan, membimbing, memberikan motivasi serta dorongan kuat, maka hal ini akan membuat murid semakin tergali rasa percaya dirinya.

Dari seluruh pemaparan di atas, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa sebagai pemimpin pembelajaran maka sebuah langkah besar harus diambil oleh seorang guru penggerak. Keputusan yang diambil berdasarkan kejernihan hati, kemudian dilakukan aksi nyata yang diiringi dengan  keikhlasan dan usaha sadar, maka hal itu akan menghasilkan sebuah karya besar. Benih-benih Pelajar Indonesia yang berjiwa Pancasila akan bermunculan, kemudian tumbuh dan berkembang di seluruh penjuru negeri dua pertiga udara ini. Sebuah rumah besar yang bernama Indonesia ini akan menjadi rumah indah yang memerdekakan belajar. Selamat berkarya, salam Bahagia!



Cianjur, 14 September 2021