BEDAH BUKU SENYUM NOLINA

BEDAH BUKU SENYUM NOLINA
KUMPULAN CERPEN "SENYUM NOLINA" karya Dedi Saeful Anwar ini sudah bisa dipesan. Harga Rp38.000 (belum ongkir). [Info pemesanan dan penerbitan di FAM Publishing hubungi Call Centre 0812 5982 1511, atau via email forumaktifmenulis@yahoo.com, dan kunjungi web kami di www.famindonesia.com]

Jumat, 03 Mei 2019

TAMU AGUNG ITU BERNAMA RAMADAN

TAMU AGUNG ITU BERNAMA RAMADAN

Oleh: DS. Anwar

Tamu adalah seorang atau beberapa orang yang hadir atau berkunjung ke sebuah tempat atau perjamuan. Umumnya tamu disambut dengan bermacam cara atau prosesi. Begitupun dengan sang tuan rumah atau pengundang. Sang tuan rumah biasanya mempersiapkan tempat dan segala sesuatunya untuk menjamu tamu. Mulai dari gerbang, halaman, pintu masuk, kursi hingga segala menu dalam jamuan. Semua disiapkan selengkap dan semaksimal mungkin. Mengapa hal itu dilakukan? Tentu saja demi melayani sang tamu agar tercipta pelayanan yang memuaskan dan menyenangkan.

Lantas bagaimana jika sang tamu bergelar “Tamu Agung”?  Tentu saja segalanya jauh lebih istimewa dibanding dengan persiapan untuk menyambut tamu. Bisa jadi tuan rumah akan menyediakan “red carpet”, prosesi upacara adat atau tari-tarian khusus, pengalungan bunga, bahkan jamuan pun akan disiapkan menu paling istimewa. Semua daya, biaya dan konsentrasi pasti terkuras dan tercurah demi mempertaruhkan kredibilitas sang tuan rumah. Tuan rumah tidak mau menjatuhkan harga dirinya hanya karena kurang maksimal dalam menyambut dan menjamu sang “tamu (agung)” tersebut.

Begitu pula saat ini. Beberapa hari ke depan ummat muslim di seluruh belahan dunia pun akan kedatangan tamu, dan termasuk tamu agung. Tamu ini sangat agung yang super spesial. Tetapi bukan orang atau beberapa orang. Ia adalah sebuah bulan yang istimewa. Ialah Ramadan. Mengapa disebut tamu agung? Tengok saja di sekeliling kita. Aromanya sudah tercium sejak dua bulan sebelumnya. Semua ummat muslim telah memanjatkan doa sejak bulan Rajab agar umurnya disampaikan dan dipertemukan dengan "Bulan Seribu Bulan" ini.

Lalu, persiapan seperti apa yang dilakukan ummat muslim di seluruh belahan dunia ini demi menyambut sang tamu agung yang istimewa ini? Tentu saja jawabananya akan beragam. Jika prosesi penyambutannya dikaitkan dengan adat dan budaya para penghuni di bumi ini. Namun secara umum, semua ummat muslim sejak bulan Rajab telah mempersiapkan dirinya dengan berlatih jasmani dan rohaninya yang diawali dengan berbagai puasa sunnah di bulan-bulan sebelumnya.

Sebagai tamu agung, selain sudah disambut sejak dua bulan lalu, Ramadan ini benar-benar akan dijamu selama sebulan penuh dengan berbagai jamuan oleh para perindu ampunan. Semua ummat muslim akan menyambut dan menjamu Bulan Suci ini dengan penuh kehangatan di rumah-rumah yang penuh senyum silaturahim seluruh penghuninya. Hari-hari biasa, banyak yang jarang atau tidak makan pagi, siang dan malam secara bersama, tetapi di bulan Ramadan ini semua akan selalu menikmati hidangan berkumpul penuh keceriaan. Berkumpul dan bersama menikmati kelezatan hidangan mulai sahur hingga berbuka pada waktunya. Baik dengan keluarga terdekat, maupun teman, sahabat dan kerabat.

Seluruh masjid dan surau akan penuh dengan salat tarawih berjamaah. Riuh dengan gemuruh tadarus. Rumah-rumah yatim akan disinggahi berbagai sedekah dan para pencari berkah.  Pasar-pasar akan diserbu para ibu yang bersemangat mencari pahala untuk menghidangkan menu terbaik demi menjamu para pejuang puasa. Semua akan terlihat indah dan harmoni. Semua berseri menyambut tamu agung, bulan suci penuh berkah.

Tidak berlebihan jika semua bersiap menyambut tamu agung yang sangat istimewa ini. Semoga puasa-puasa sunnah di bulan sebelumnya menjadi modal untuk perjalanan selama bulan suci. Semoga segala persiapan lahir bathin yang dipersiapkan menjadi kekuatan untuk menjamu tamu yang dirindukan seluruh penghuni semesta ini.

Semoga umur kita sampai di bulan Ramadan. “Ya, Allah berkahilah kami di Bulan Rajab dan Sya’ban, serta pertemukanlah kami dengan bulan Ramadan.” Marhaban yaa, Ramadan.[]

Cianjur, 3 Mei 2019

GAWAI DAN PENGARUHNYA DALAM DUNIA PENDIDIKAN DI ERA MILENIAL

GAWAI DAN PENGARUHNYA DALAM DUNIA PENDIDIKAN
DI ERA MILENIAL

Oleh: DS. Anwar

Dunia pendidikan akan selalu menjadi sorotan yang menarik untuk dikuliti, karena pendidikan tidak akan lepas dari kehidupan ini selama hayat dikandung badan. Pendidikan menjadi salah satu dari sekian banyak hal penting lainnya dalam kehidupan manusia. Di manapun dan kapanpun manusia tidak akan lepas dari pendidikan, baik langsung maupun tidak. Secara harfiah pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.

Dalam Al Qur’an, Surat Al-‘Alaq (QS.96) ayat 1-5 merupakan wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW menjadi landasan bahwa manusia dituntut untuk senantiasa membaca dan belajar. Kita tidak hanya dituntut untuk bisa membaca ayat-ayat qauliyah (ayat-ayat yang tertulis dan difirmankan Allah SWT), namun perlu berpikir luas dan membaca ayat-ayat kauniyah (alam semesta dengan segala peristiwanya). Hal ini sangat dibutuhkan dalam ranah pendidikan.

Kemudian bagaimana kita menyikapi dunia pendidikan di era milenial yang berkaitan erat dengan perkembangan teknologi informasi ini? Masa yang begitu terpengaruh gawai dan harus disikapi dengan segala kesiapan. Semua lini kehidupan sepertinya tidak bisa menghindar dari perkembangan teknologi informasi yang dinamis, termasuk dunia pendidikan.

Pendidikan di masa lalu dan masa kini tentu berbeda. Setiap generasi memiliki keragaman dalam menjalani masa pendidikannya. Pendidikan saat ini tidak dapat lepas dari perkembangan teknologi. Mulai dari subyek maupun obyek pendidikan itu sendiri. Kini hampir segala hal berbasis teknologi. Bahkan ujian nasional yang semula berbasis kertas dan pensil (UNKP) kini pun sudah mulai menggunakan teknologi, Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Meskipun belum merata di semua daerah dengan segudang permasalahannya.

Lantas, bagaimana dengan anak-anak kita dalam menghadapi masa menuntut ilmu di era milenial? Hal ini memerlukan sikap arif dan bijaksana dari semua kalangan. Orang dewasa, dalam hal ini orang tua dan para pendidik dituntut untuk memantau anak-anak juga peserta didiknya dalam perkembangan teknologi, khususnya gawai.
Kini tak bisa dielakkan lagi dengan maraknya penggunaan gawai di semua kalangan. Mulai dari usia anak-anak ---bahkan balita, hingga usia dewasa tidak bisa lepas dari penggunaan gawai.

Kemudian, mengapa penggunaan gawai ini perlu dipantau, khususnya bagi kalangan anak-anak dan remaja usia sekolah? Tentu saja sangat penting. Orang dewasa mungkin bisa saja menggunakan gawainya dengan bijak, meski tak dipungkiri pula sikap kebablasan seringkali menyusup di dalamnya. Seperti penyebaran berita-berita palsu (hoax) atau konten-konten informasi yang berbau sara dan asusila kerap menjadi hantu gentayangan di siang bolong. Meskpun pemerintah tidak tinggal diam dengan mengeluarkan berbagai kebijakan terkait perkembangan teknologi komunikasi ini, namun berbagai tindak kriminalitas yang disebabkan penggunaannya yang tidak bijaksana, masih kerap terjadi. Hal ini tentu saja perlu diwaspadai.

Lalu, kapan dan bagaimana orang dewasa perlu memantau penggunaan gawai bagi anak-anak usia sekolah? Sepertinya penggunaan gawai menjadi buah simalakama bagi beberapa kalangan. Di satu sisi saat ini hampir setiap aktivitas tidak bisa lepas dari penggunaan gawai. Orang tua (dewasa) melakukan segala komunikasi dan berinteraksi tentu menggunakan gawai dengan fisilitas lengkapnya. Salah satunya adalah media sosial. Gawai dan media sosial kini menjadi bagian penting dalam era milenial.

Jika tidak bisa memilih dan memilah waktu dan keadaan bisa saja hal ini menjadi bumerang bagi pelakunya. Di satu sisi orang dewasa musti mengingatkan anak-anak dalam penggunaan gawai dan fasilitasnya, di sisi lain mereka sendiri kurang bahkan kerap tidak bersikap bijaksana. Orang tua terkadang lupa akan kewajiban terhadap putra-putrinya. Jangan heran jika kini sikap dan karakter anak usia sekolah aneh-aneh dan menghawatirkan. Mereka lebih menyerap gaya hidup dan informasi dari media social daripada suri tauladan keluarga, sekolah atau lingkungan terdekatnya. 
Selain itu anak-anak dan remaja maupun orang tua/dewasa kini lebih banyak yang menyukai bacaan atau berita melalui gawai di tangan dari pada bersumber dari buku bacaan atau suratkabar. Itu hanya contoh kecil di mana penggunaan gawai sudah merasuk ke sendi-sendi kehidupan saat ini. Orang tua lebih mudah mengeluarkan biaya hanya untuk paket kuota (pulsa) demi keberlangsungan hidup gawainya daripada menyediakan anggaran untuk membeli buku bacaan bagi anak anaknya.

Haruskah kita berpangku tangan, membiarkan dunia pendidikan terlindas oleh hantu gawai? Sepatutnya kita harus bersama-sama mengencangkan ikat pinggang, lebih bijaksana lagi dalam penggunaannya. Untuk mengurangi ketergantungan pada gawai dalam lingkup keluarga bisa dibuat komitmen bersama antara orang tua dengan anak-anak. Misalnya dengan menyediakan waktu berkumpul lebih banyak, membuat jadwal membaca buku bersama di sela-sela kesibukan, berkunjung ke perpustakaan atau taman bacaan di sekitar tempat tinggal.

Semoga kita menjadi orang dewasa yang tetap mengedepankan esensi pendidikan yang utuh, dan ruh pendidikan tidak lenyap di kalangan generasi milenial. Selamat Hari Pendidikan Nasional!

Cianjur, 2 Mei 2019