MEMAHAMI SISI LAIN SOSOK PEREMPUAN
Oleh: Dedi Saeful Anwar
Judul Buku :
Bangga Jadi Perempuan
Kategori :
Motivasi Islami
Penulis :
Yusrina Sri
Penerbit :
PT. Elex Media Computindo
ISBN :
978-602-02-5744-0
Tahun Terbit :
Cetakan
Pertama, 2015
Tebal : 96 Halaman
Di antara
banyak buku, buku motivasi islami saat ini terus bermunculan dan kerap
menghiasi khasanah perbukuan di negeri ini. Tidak hanya pembacanya yang
antusias, namun penulisnya pun terus bermunculan dari generasi muda. Salah
satunya adalah buku ini yang ditulis oleh seorang penulis muda yang sangat produktif
dari Sumatera Barat, Yusrina Sri.
Buku
yang terdiri dari tiga bagian, terdiri dari dari tiga episode, menyajikan
berbagai kisah inspiratif dan menggugah serta menerbitkan perenungan mendalam
dari setiap peristiwa dan kisah yang dialami para perempuan tangguh.
Penulis
yang masih menimba ilmu di IAIN Imam Bonjol Padang ini mampu meracik diksi
menjadi kalimat-kalimat sejuk yang menghadirkan pencerahan. Ibarat air mengalir,
Yi---demikian panggilan akrabnya, menuliskan berbagai hikmah dari setiap
kejadian yang menimpa beberapa perempuan yang dia temui secara nyata maupun
dari berbagai kisah dalam buku.
Mulai
dari teman saat dia bersekolah di MAN, teman sekampus hingga tetangganya
sendiri yang tidak jauh dari
lingkungannya tinggal. Yi, sangat tajam mengasah pisau empati terhadap sesama
perempuan.
Namun
tidak hanya kisah dan pengalaman nyata yang dia lihat sendiri, Yi juga mampu
mengangkat berbagai kisah ayng terulis dalam berbagai buku yang dia baca.
Kisah-kisah heroik dan tangguh para
perempuan mulai dari istri Rasul hinggga kisah para wanita pejuang Islam terdahulu.
***
Dalam
bagian pertama atau episode #1 Yi mengangkat tema perempuan-perempuan yang
sabar. Dalam bagian ini penulis yang juga sudah menerbitkan buku kumpulan
puisi, begitu lugas dengan pemaparannya dalam mengajak kaum perempuan dalam hal
bagaimana cara membunuh keluh dan kesah, menuturkan bahasa perempuan, berbaik
sangka kepada Tuhan-Nya, dan bagaimana cara untuk mendekatkan jodoh. Hingga
Tuhan pun membela para perempuan yang ditimpa rezeki yang bernama sabar
tersebut.
Menurutnya
bahwa agar tidak berkeluh kesah kita dituntun agar bisa mengganti energi negatif
yang dihasilkan keluhan dengan energi positif yang dihasilkan kata-kata yang
positif pula, karena tanpa disadari kata-kata positif itu akan menghasilkan
gelombang energi positif dan menghapus segala kekuatan engatif yang terpendam
dalam tubuh (hal 11). Menangis bukan pertanda kufur atas nikmat Tuhan atau
mengumpat atas cobaan dan kesulitan. Bagi perempuan airmata adalah bahasa (hal.
15).
Berbaik
sangkalah pada Tuhan, karena Tuhan punya ketentuan sekalipun kita punya bayak
pilihan dan keinginan. Dari pada kufur lebih baik bersyukur atas segala nikmat
atas pemberian-Nya. Dalam hal mendapatkan jodoh, penulis mengajak kaumnya untuk
selalu memperbaiki diri agar jodoh semakin didekatkan oleh Tuhan. Jika pun
sudah dekat terus memperbaiki diri agar jodoh tersebut segera dihalalkan dalam
pernikahan. Sebuah motivasi luar biasa menurut saya untuk pemikiran seorang
wanita sebelia penulis.
Tuhan
tidak akan keliru. Perempuan haruslah memilih bersabar dalam meyakini segala
ketentuan-Nya. Baik bersabar dalam keadaan sakit atau sehat, sempit atau
lapang, selagi muda atau tua, saat kekurangan maupun berkecukupan (hal. 30).
***
Sementara
itu dalam episode #2, Yi mengangkat tema perempuan-perempuan yang gigih. Agar
hidup menjadi mudah berusahalah akan hal-hal yang baik, mencari nafkah yang
halal agar hasilnya berkah dan usaha tersebut membawah rahmah. Hellen Keller
adalah pengacara ternama dunia dan mendapat gelar kehormatan dari presiden
meskipun ia buta, tuli dan bisu.
Lalu,
seorang wanita yang terpisah dari suaminya namun tetap memelihara cinta pada
suaminya tersebut meski terpisah jarak dan waktu. Hingga saat dipertemukan kembali
sang suami mengembuskan napas terakhirnya cinta sang istri tak pernah lekang.
Agar cinta kekal, utuh dan kukuh maka, letakkanlah cinta pada wadah yang
disediakan Tuhan, atas namakan cinta karena Tuhan, tanamlah ia dengan izin-Nya,
tumbukan dengan mengazaskan tuhan dan binalah cinta dengan ajaran Tuhan (hal.
61-62).
Kemudian
agar tidak ada dosa seseorang yang ditimpakan kepada orang lain atau menanggung
akibat dari kesalahan orang lain berusahalah agar bersikap bijak dan saling
mengingatkan dalam kebaikan serta senantiasa berprasangka baik dalam segala
hal. Lantas bagaimana jika menemukan perempuan yang bekerja bahkan
penghasilannya melebih yang didapat sang suami?
“Saya
hanya menunaikan mana yang menjadi kewajiban saya, walau suami tidak bekerja,
tidak berpenghasilan tetap, namun menyediakan kebutuhan suami baik pakaian,
makanan dan sebagainya tetap menjadi kewajiban istri. Tidak peduli apakah ia bekerja
atau tidak. Ia tetaplah seorang suami. Tidak peduli saya bekerja dan
berpenghasilan, saya tetaplah seorang istri.” Demikian penuturan seorang wanita
yang dikisahkan dalam buku ini.
***
Sedangkan
pada bagian akhir tulisan atau episode #3, Yi mengangkat tema perempuan-perempuan
yang bahagia. Siapa menanam, tentu dia pula yang akan menuai. Demikian sebuah pepatah
lama. Bila sikap kita baik dan memuliakan orang lain, tentulah kebaikan dan
kemuliaan pula yang akan kita dapatkan. Demikian inti dari bagian “Mulia Ketika
Hidup, Mulia Ketika Mati”. Terakhir penulis menutup dengan kalimat yang teramat
bijak. Mari berbangga menjadi perempuan, karena kita menjadi sekolah pertama
bagi anak-anak kita yang akan mencetak mereka menjadi generasi penerus bangsa dan
agama. Berbanggalah karena kita begitu diistimewakan Tuhan!
Cianjur, 12 Januari 2016