BEDAH BUKU SENYUM NOLINA

BEDAH BUKU SENYUM NOLINA
KUMPULAN CERPEN "SENYUM NOLINA" karya Dedi Saeful Anwar ini sudah bisa dipesan. Harga Rp38.000 (belum ongkir). [Info pemesanan dan penerbitan di FAM Publishing hubungi Call Centre 0812 5982 1511, atau via email forumaktifmenulis@yahoo.com, dan kunjungi web kami di www.famindonesia.com]

Sabtu, 30 Januari 2016

[RESENSI] BANGGA JADI PEREMPUAN, MEMAHAMI SISI LAIN SOSOK PEREMPUAN



MEMAHAMI SISI LAIN SOSOK PEREMPUAN

Oleh: Dedi Saeful Anwar



Judul Buku                : Bangga Jadi Perempuan
Kategori                     : Motivasi Islami
Penulis                        : Yusrina Sri
Penerbit                      : PT. Elex Media Computindo
ISBN                           : 978-602-02-5744-0
Tahun Terbit             : Cetakan Pertama, 2015
Tebal                           : 96 Halaman



Di antara banyak buku, buku motivasi islami saat ini terus bermunculan dan kerap menghiasi khasanah perbukuan di negeri ini. Tidak hanya pembacanya yang antusias, namun penulisnya pun terus bermunculan dari generasi muda. Salah satunya adalah buku ini yang ditulis oleh seorang penulis muda yang sangat produktif dari Sumatera Barat, Yusrina Sri.
Buku yang terdiri dari tiga bagian, terdiri dari dari tiga episode, menyajikan berbagai kisah inspiratif dan menggugah serta menerbitkan perenungan mendalam dari setiap peristiwa dan kisah yang dialami para perempuan tangguh.
Penulis yang masih menimba ilmu di IAIN Imam Bonjol Padang ini mampu meracik diksi menjadi kalimat-kalimat sejuk yang menghadirkan pencerahan. Ibarat air mengalir, Yi---demikian panggilan akrabnya, menuliskan berbagai hikmah dari setiap kejadian yang menimpa beberapa perempuan yang dia temui secara nyata maupun dari berbagai kisah dalam buku.
Mulai dari teman saat dia bersekolah di MAN, teman sekampus hingga tetangganya sendiri yang  tidak jauh dari lingkungannya tinggal. Yi, sangat tajam mengasah pisau empati terhadap sesama perempuan.
Namun tidak hanya kisah dan pengalaman nyata yang dia lihat sendiri, Yi juga mampu mengangkat berbagai kisah ayng terulis dalam berbagai buku yang dia baca. Kisah-kisah heroik dan  tangguh para perempuan mulai dari istri Rasul hinggga kisah para wanita pejuang Islam terdahulu.
***
Dalam bagian pertama atau episode #1 Yi mengangkat tema perempuan-perempuan yang sabar. Dalam bagian ini penulis yang juga sudah menerbitkan buku kumpulan puisi, begitu lugas dengan pemaparannya dalam mengajak kaum perempuan dalam hal bagaimana cara membunuh keluh dan kesah, menuturkan bahasa perempuan, berbaik sangka kepada Tuhan-Nya, dan bagaimana cara untuk mendekatkan jodoh. Hingga Tuhan pun membela para perempuan yang ditimpa rezeki yang bernama sabar tersebut.
Menurutnya bahwa agar tidak berkeluh kesah kita dituntun agar bisa mengganti energi negatif yang dihasilkan keluhan dengan energi positif yang dihasilkan kata-kata yang positif pula, karena tanpa disadari kata-kata positif itu akan menghasilkan gelombang energi positif dan menghapus segala kekuatan engatif yang terpendam dalam tubuh (hal 11). Menangis bukan pertanda kufur atas nikmat Tuhan atau mengumpat atas cobaan dan kesulitan. Bagi perempuan airmata adalah bahasa (hal. 15).
Berbaik sangkalah pada Tuhan, karena Tuhan punya ketentuan sekalipun kita punya bayak pilihan dan keinginan. Dari pada kufur lebih baik bersyukur atas segala nikmat atas pemberian-Nya. Dalam hal mendapatkan jodoh, penulis mengajak kaumnya untuk selalu memperbaiki diri agar jodoh semakin didekatkan oleh Tuhan. Jika pun sudah dekat terus memperbaiki diri agar jodoh tersebut segera dihalalkan dalam pernikahan. Sebuah motivasi luar biasa menurut saya untuk pemikiran seorang wanita sebelia penulis.
Tuhan tidak akan keliru. Perempuan haruslah memilih bersabar dalam meyakini segala ketentuan-Nya. Baik bersabar dalam keadaan sakit atau sehat, sempit atau lapang, selagi muda atau tua, saat kekurangan maupun berkecukupan (hal. 30).
***
Sementara itu dalam episode #2, Yi mengangkat tema perempuan-perempuan yang gigih. Agar hidup menjadi mudah berusahalah akan hal-hal yang baik, mencari nafkah yang halal agar hasilnya berkah dan usaha tersebut membawah rahmah. Hellen Keller adalah pengacara ternama dunia dan mendapat gelar kehormatan dari presiden meskipun ia buta, tuli dan bisu.
Lalu, seorang wanita yang terpisah dari suaminya namun tetap memelihara cinta pada suaminya tersebut meski terpisah jarak dan waktu. Hingga saat dipertemukan kembali sang suami mengembuskan napas terakhirnya cinta sang istri tak pernah lekang. Agar cinta kekal, utuh dan kukuh maka, letakkanlah cinta pada wadah yang disediakan Tuhan, atas namakan cinta karena Tuhan, tanamlah ia dengan izin-Nya, tumbukan dengan mengazaskan tuhan dan binalah cinta dengan ajaran Tuhan (hal. 61-62).
Kemudian agar tidak ada dosa seseorang yang ditimpakan kepada orang lain atau menanggung akibat dari kesalahan orang lain berusahalah agar bersikap bijak dan saling mengingatkan dalam kebaikan serta senantiasa berprasangka baik dalam segala hal. Lantas bagaimana jika menemukan perempuan yang bekerja bahkan penghasilannya melebih yang didapat sang suami?
“Saya hanya menunaikan mana yang menjadi kewajiban saya, walau suami tidak bekerja, tidak berpenghasilan tetap, namun menyediakan kebutuhan suami baik pakaian, makanan dan sebagainya tetap menjadi kewajiban istri. Tidak peduli apakah ia bekerja atau tidak. Ia tetaplah seorang suami. Tidak peduli saya bekerja dan berpenghasilan, saya tetaplah seorang istri.” Demikian penuturan seorang wanita yang dikisahkan dalam buku ini.
***
Sedangkan pada bagian akhir tulisan atau episode #3, Yi mengangkat tema perempuan-perempuan yang bahagia. Siapa menanam, tentu dia pula yang akan menuai. Demikian sebuah pepatah lama. Bila sikap kita baik dan memuliakan orang lain, tentulah kebaikan dan kemuliaan pula yang akan kita dapatkan. Demikian inti dari bagian “Mulia Ketika Hidup, Mulia Ketika Mati”. Terakhir penulis menutup dengan kalimat yang teramat bijak. Mari berbangga menjadi perempuan, karena kita menjadi sekolah pertama bagi anak-anak kita yang akan mencetak mereka menjadi generasi penerus bangsa dan agama. Berbanggalah karena kita begitu diistimewakan Tuhan!


Cianjur, 12 Januari 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar