BEDAH BUKU SENYUM NOLINA

BEDAH BUKU SENYUM NOLINA
KUMPULAN CERPEN "SENYUM NOLINA" karya Dedi Saeful Anwar ini sudah bisa dipesan. Harga Rp38.000 (belum ongkir). [Info pemesanan dan penerbitan di FAM Publishing hubungi Call Centre 0812 5982 1511, atau via email forumaktifmenulis@yahoo.com, dan kunjungi web kami di www.famindonesia.com]

Kamis, 24 April 2014

SAYA DAN BUKU



SAYA DAN BUKU
(Memperingati Hari Buku Sedunia, 23 April 2014)
Oleh: Dedi Saeful Anwar


Orang bijak mengatakan bahwa buku adalah jendela dunia. Buku merupakan sumber ilmu. Dengan buku kita bisa tahu segalanya. Tapi bagi saya buku bisa menjadi teman setia. Teman di kala kesepian dan dia mampu membunuh rasa sepi itu. Buku bisa menghilangkan rasa bosan. Buku adalah sumber inspirasi.

KEGIATAN MEMBACA BUKU SAAT KECIL.
Kegemaran saya dalam membaca buku entah sejak kelas berapa. Namun yang masih diingat saat di sekolah dasar saya sering membaca buku-buku cerita bergambar di perpustakaan sekolah. Jenisnya beragam seperti kisah kerajaan Majapahit atau Kisah Ken Arok. Terkadang juga buku legenda seperti Bawang Merah Bawang Putih, Sangkuriang, dll.
Bila menjelang bulan puasa, salah seorang kakak laki-laki saya pernah membawakan buku-buku dari Madrasah yang mengadakan kegiatan pesantren kilat. Buku-buku itu berisikan kisah para nabi atau kisah para pejuang Islam yang menegakkan kebenaran. Dan yang paling berkesan bagi saya saat itu adalah ketika membaca kisah heroik Ashabul Kahfi. Bahkan kisah mereka sampai saat ini masih sangat membekas dan selalu ada kerinduan untuk membacanya lagi.
Namun suatu ketika entah dari mana awalnya, saat itu saya mulai mengenal dan membaca buku-buku dongeng karangan HC. Andersen. Pengarang cerita anak terkenal dari negara Denmark. Entah berapa puluh judul buku dongeng karangan dia yang saya baca ketika itu. Hingga ada sebuah bukunya yang paling berkesan dan saya ingat hingga kini. Kisahnya tentang sorang miskin yang sifatnya penyabar hingga hidupnya berubah menjadi kaya raya akibat mendapatkan uang emas dari mulut seekor patung singa.
Namun tokoh antagonis dalam kisah tersebut adalah tetangganya yang tamak. Dia mati mengenaskan di mulut patung singa itu, karena dia tidak ingin patung singa itu berhenti mengeluarkan uang emas. Hingga saat dia merogoh sisa uang emasnya dari mulut singa itu tiba-tiba mulut patung singa itu menutup yang mengakibatkan tangan si tamak itu terjepit.

KEGIATAN MEMBACA BUKU SAAT REMAJA.
Seiring bertambahnya usia jenis buku yang dibaca mulai beragam. Tetapi sejak memasuki dunia remaja (SMP dan SLTA) intensitas membaca buku menjadi berkurang. Saat itu mulai mengenal majalah dan koran. Majalah Mangle (berbahasa Sunda) adalah sumber bacaan yang cukup menjadi pavorit saat itu. Kebetulan kakak ipar saya ketika itu berlangganan.
Sedangkan jenis surat kabar yang sering dibaca adalah Pikiran Rakyat. Koran itu sering dibaca di mading sekolah saat di SMP dan SLTA. Sedangkan jenis novel yang sempat menjadi perbincangan saya dan teman-teman adalah buku LUPUS karya Hilman Hariwijaya.
Mengenai buku-buku sastra, entahlah. Mengapa saat itu saya sangat jarang sekali membaca? Entah mungkin pelajaran sastra saat itu tidak terlalu ditekankan oleh guru, atau memang saya dan siswa-siswa lainnya memang tidak menyukai buku-buku sastra. Seingat saya teman-teman sekolah pun sangat jarang di antara mereka yang kebetulan kepergok sedang membaca atau sekadar membawa buku sastra di tangannya. Tapi entah kalau di rumah mereka sendiri atau di belakang tanpa sepengetahuan saya. Namun yang jelas saya tidak pernah meminjam buku-buku sastra dari teman atau bahkan sekadar ditawari mereka. Saya malah lebih sering membaca cerpen dan puisi-puisi ketika membaca koran di majalah dinding sekolah.
Menginjak usia dewasa dan memiliki penghasilan sendiri setelah memasuki dunia kerja, mulailah kegiatan membaca buku meningkat. Baik itu dengan membeli buku-buku baru maupun sekadar membaca di beberapa perpustakaan yang dikunjungi hingga meminjamnya dengan kartu anggota dan dibaca di rumah.
Jenis bukunya pun beragam semua dilahap selama itu menarik dan saya enjoy membacanya. Selain buku saya juga sering membeli beberapa koran dan tabloid baik terbitan daerah maupun nasional. Juga terkadang membeli berbagai majalah. Baik berbahasa daerah (Sunda) maupun berbahasa Indonesia. Pernah pula yang berbahasa Inggris seperti The Jakarta Post, Majalah Hello, maupun Times. Walaupun kemampuan berbahasa Inggris saya sebenarnya sangat minim, namun dengan hal itu saya berharap meningkatakan wawasan khususnya kosa-kata berbahasa Inggris (bukan untuk gengsi atau sekadar ingin gaya).
Untuk urusan membeli buku atau majalah, tak jarang saya sering mengunjungi daerah Palasari, Cikapundung, sekitar Palaguna (di depan Masjid Agung Bandung) atau Jalan Dewi Sartika. Di daerah itu sudah terkenal menyediakan buku-buku murah. Walau sesekali ke toko buku yang besar di kota Bandung saat itu.

KEGIATAN MEMBACA BUKU SAAT INI.
Sekarang ini dalam kegiatan membaca buku saya musti bagi-bagi waktu dengan kegiatan lain, terutama bekerja. Saat membaca buku, saya menggunakan waktu dan tempat membacanya sering tergantung mood atau tergantung jenis bukunya. Bisa ditemani secangkir minuman dan camilan, bisa juga tidak sama sekali. Tentu hal ini akan berbeda dengan orang lain.
Saat membaca sebuah novel terkadang saya menjauhkan minuman dan camilan itu, dengan alasan hal itu sedikit mengganggu konsentrasi. Apalagi novel yang dibaca sangat menguras emosi dan membutuhkan konsentrasi dalam mengikuti alur cerita. Waktu yang digunakan biasanya sore hari atau pada malam hari. Sebuah novel kadang dilahap kurang dari seminggu, atau bahkan lebih dari seminggu tergantung situasi. Tapi seringnya kurang dari seminggu. Tapi setelah itu buku tersebut langsung jadi penghuni rak buku. Hampir tak pernah disentuh lagi. Namun pengaruh isi ceritanya bisa memenuhi ruang pikir hingga beberapa bulan bahkan bertahun-tahun.
Untuk buku-buku jenis motivasi paling nyaman di baca pagi hari sebelum berangkat kerja walaupun hanya beberapa lembar atau beberapa menit saja. Terkadang bisa membacanya sepulang kerja sambil melepas lelah. Namun buku-buku seperti ini intensitas membacanya cukup sering walau hanya sedikit-sedikit atau beberapa lembar saja. Andai pun menjadi penghuni rak buku biasanya mereka sering diambil dan dibaca kembali. Sedangkan buku-buku jenis lainnya seperti pengetahuan umum atau keagamaan saya membacanya tergantung keperluan. Jadi intensitasnya tergantung situasi.
Namun akhir-akhir ini saya menjadi lebih sering membaca buku-buku sastra lainnya selain novel, yaitu buku puisi dan kumpulan cerpen. Selain itu juga beberapa buku esai. Hal ini tidak terlepas sejak kiprah saya mengikuti beberapa iven menulis di media sosial (facebook) sejak akhir 2012 lalu.
Jadi kalau dulu hanya membaca saja, kini kegiatan membaca berusaha diimbangi dengan menulisnya. Sekadar memotivasi diri sendiri, lebih bersyukur lagi jika hal positifnya menular kepada orang lain.
Selamat membaca!
Cianjur, 23 April 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar